UMBandung
Traveliana

Stasiun Cibatu, Wisata Garut, dan Charlie Chaplin

×

Stasiun Cibatu, Wisata Garut, dan Charlie Chaplin

Sebarkan artikel ini
Stasiun Cibatu tahun 1918, pada masa kolonial Belanda (Foto: Tropenmuseum).

BANDUNGMU.COM, Bandung – Jika Anda sering bepergian dengan kereta api menuju Garut, Jawa Barat, atau wilayah sekitarnya, pasti tidak asing dengan Stasiun Cibatu. Stasiun ini merupakan salah satu destinasi bersejarah yang penting di Jawa Barat.

Stasiun Cibatu (CB), sebuah stasiun kereta api kelas II, terletak di kawasan Cibatu, Garut, Jawa Barat. Menurut informasi dari Wikipedia, stasiun ini berada pada ketinggian 612 meter di atas permukaan laut dan termasuk dalam wilayah Daerah Operasi II Bandung. Saat ini, Stasiun Cibatu menjadi stasiun kereta api aktif terbesar di Kabupaten Garut, melayani perjalanan kereta api dengan berbagai tujuan.

Stasiun Cibatu berjarak sekitar 21 kilometer di sebelah utara pusat pemerintahan Kabupaten Garut. Dengan ukuran yang cukup besar dan posisinya yang strategis, stasiun ini berperan sebagai stasiun utama bagi warga Garut untuk melakukan perjalanan ke berbagai tujuan di Jawa menggunakan kereta api.

Dulunya, stasiun ini memiliki percabangan jalur menuju Garut–Cikajang. Namun, jalur tersebut sempat dihentikan operasinya pada tahun 1983 akibat kalah bersaing dengan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Setelah hampir 40 tahun tidak aktif, lintas Cibatu–Garut akhirnya kembali dioperasikan pada 24 Maret 2022, memberikan kemudahan baru bagi masyarakat setempat.

Baca Juga:  Mengenang Pieterspark, Taman Tertua di Kota Bandung

Dikunjungi Charlie Chaplin

Stasiun Cibatu pertama kali beroperasi pada 14 Agustus 1889, bersamaan dengan peresmian jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Cicalengka dengan Cilacap oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda. Pada tanggal yang sama, jalur menuju Garut juga diresmikan, sementara perpanjangan jalur hingga Cikajang baru dibuka pada 1 Agustus 1930.

Di masa kolonial Belanda, Stasiun Cibatu menjadi salah satu stasiun utama dan favorit bagi wisatawan Eropa yang ingin menikmati keindahan alam Garut. Stasiun ini menjadi gerbang menuju kawasan yang dikenal sebagai destinasi wisata populer pada masa itu.

Keindahan alam wilayah Priangan, termasuk Garut, sudah lama dikenal dan memikat hati banyak orang. Tak heran, kota yang dijuluki “Kota Intan” ini menjadi tujuan wisata favorit sejak dahulu kala. Kehadiran para wisatawan, khususnya dari Eropa, membawa berkah tersendiri bagi industri perhotelan di Garut. Banyak hotel di kawasan ini menjadi pilihan utama untuk menginap, menjadikannya populer sebagai tempat beristirahat para pelancong.

Baca Juga:  Nanas Si Madu, Buah Kebanggaan Masyarakat Subang Yang Rasanya Legit

Menurut buku Seabad Grand Hotel Preanger 1897-1997 karya Haryoto Kunto, pada periode 1935–1940, setiap hari Stasiun Cibatu dipadati oleh selusin taksi dan limusin yang dimiliki oleh berbagai hotel ternama di Garut. Beberapa di antaranya adalah Hotel Papandayan, Villa Dolce, Hotel Belvedere, Hotel Van Hengel, Hotel Bagendit, Villa Pautine, dan Hotel Grand Ngamplang.

Selain itu, stasiun ini juga pernah disinggahi oleh komedian legendaris Charlie Chaplin pada tahun 1927. Dalam kunjungan tersebut, ia bersama aktris Mary Pickford sedang melakukan perjalanan liburan ke Garut.

Selain Charlie Chaplin, tokoh lain yang pernah mengunjungi Stasiun Cibatu adalah Georges Clemenceau, seorang tokoh politik terkemuka asal Prancis. Clemenceau dikenal sebagai pendiri beberapa surat kabar ternama seperti La Justice (1880), L’Aurore (1897), dan L’Homme Libre (1913). Ia juga menjabat sebagai Perdana Menteri Prancis dalam dua periode, yakni 1906–1909 dan 1917–1920.

Baca Juga:  Yuk Mengenal Celempung, Alat Musik yang Terbuat dari Bambu

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, Presiden Soekarno juga sempat singgah di Stasiun Cibatu dalam salah satu perjalanan kereta api luar biasa melalui jalur selatan. Di sepanjang perjalanan tersebut, masyarakat dari berbagai kota kecil menyambut Sang Proklamator dengan antusias, meminta beliau untuk turun di setiap stasiun, termasuk di Stasiun Cibatu, dan memberikan pidato singkat kepada mereka.

Bangunan dan Tata Letak

Stasiun Cibatu memiliki empat jalur kereta api, dengan jalur 2 sebagai sepur lurus yang menjadi jalur utama. Di bagian utara stasiun ini terdapat sebuah depo lokomotif yang pada masa lalu berfungsi sebagai tempat perbaikan dan pemeliharaan lokomotif uap.

Depo ini juga digunakan sebagai cadangan untuk mengganti lokomotif yang mengalami kerusakan selama perjalanan atau menyediakan tenaga tambahan bagi rangkaian kereta yang membutuhkan traksi ganda.

Namun, sejak penutupan jalur Cibatu–Garut–Cikajang pada tahun 1983, depo tersebut tidak lagi berfungsi sebagai salah satu depo utama. Saat ini, depo tersebut hanya berstatus sebagai sub-depo dengan aktivitas yang jauh lebih terbatas.**

PMB UM Bandung