PMB Uhamka
News

Haedar Nashir: Indonesia Adalah Negara Bertuhan, Bukan Sekuler Atau Teokratis

×

Haedar Nashir: Indonesia Adalah Negara Bertuhan, Bukan Sekuler Atau Teokratis

Sebarkan artikel ini
Foto: muhammadiyah.or.id.

BANDUNGMU.COM, Jakarta — Indonesia bukanlah negara yang berbasis agama atau teosentrik, juga bukan negara sekuler, melainkan negara yang bertuhan. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan hanya berlaku bagi bangsa, tetapi menjadi landasan negara Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, pada Kamis (25/07/2024), di acara Lembaga Administrasi Negara di Jakarta. Haedar menjelaskan bahwa posisi moderat Indonesia sebagai bangsa dan negara berlandaskan hasil sidang BPUPKI, yang menyepakati pengubahan tujuh kata menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama Pancasila. “Artinya, seluruh produk perundang-undangan dan kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa,” tegasnya.

Haedar juga mengutip pidato Presiden Soekarno yang menekankan bahwa pembangunan Indonesia tidak hanya bertumpu pada aspek fisik, tetapi juga pada aspek spiritual. Oleh karena itu, fokus pembangunan nasional tidak boleh hanya pada aspek fisik, tetapi juga harus memperhatikan pembangunan manusianya.

Presiden Soekarno menyatakan bahwa Indonesia dibangun bukan hanya untuk satu golongan, melainkan untuk seluruh rakyatnya, yang dikenal sebagai asas Gotong Royong. Pondasi ini menunjukkan bahwa para pendahulu bangsa memiliki pemikiran yang terhubung dengan peta pemikiran global. “Ini menunjukkan etika diri dan etika luhur mereka untuk berbangsa dan bernegara melalui musyawarah,” ujar Haedar.

Baca Juga:  Tiga Pelajaran Penting Dari Tauhid Aktif Yang Dicontohkan Nabi Ibrahim

Haedar berharap, nilai pengorbanan, sejarah, dan kesepakatan untuk Pancasila harus dipahami dan dihayati oleh para pemimpin di pemerintahan dan lembaga negara lainnya, termasuk pemimpin di organisasi masyarakat Indonesia. Etika luhur berbasis nilai-nilai tinggi harus dijaga untuk membangun Indonesia yang besar.

Para pendahulu bangsa Indonesia tidak hanya mengorbankan pikiran, harta, dan tenaga, tetapi juga nyawa mereka untuk merajut persatuan dan membangun Indonesia yang maju dan berdaulat, serta menghapuskan kolonialisme dari muka bumi. “Dari sini, kita harus menghidupkan etika, integritas, komitmen, dan seluruh pemikiran luhur dalam diri kita sebagai penerus pejuang bangsa ini,” ucap Haedar Nashir.

Baca Juga:  Dadang Kahmad Ajak Warga Muhammadiyah Sambut Ramadhan dan Khusyuk Beribadah

Haedar juga menekankan bahwa dalam menghadapi berbagai paham dan pemikiran baru yang mungkin diadopsi oleh bangsa Indonesia, perlu diingat bahwa Indonesia tidak boleh menjadi negara sekuler atau negara agama.***

PMB Uhamka