UMBandung
Islampedia

Haedar Ungkap Karakter yang Harus Dimiliki Warga Muhammadiyah

×

Haedar Ungkap Karakter yang Harus Dimiliki Warga Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. (Foto: Muhammadiyah.or.id).

BANDUNGMU.COM – Bagi Muhammadiyah, melakukan amar makruf nahi munkar tidak bisa dilakukan dengan cara yang munkar, tetapi harus dilakukan dengan cara yang makruf. Termasuk dalam berargumen.

Mengingatkan hal tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan agar semangat Surah An-Nahl ayat 125 senantiasa menjadi pedoman dalam bertutur maupun bertindak.

“Orang Muhammadiyah harus bicara, harus bertindak berdasarkan ilmu. Jangan spekulasi. Jangan asal. Karena kita ini kan katanya pelopor,” pesan Haedar dalam forum daring LSBO, Jumat (22/08/2021), seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.

Baca Juga:  Haedar Nashir Ingatkan Cabang dan Ranting Muhammadiyah Jangan Undang Dai Tidak Kompeten

“Maka menjadi niscaya kalau kita ingin melahirkan kreativitas berdakwah, bertajdid ya orang Muhammadiyah harus lebih kreatif, lebih mahir, lebih cerdas, lebih hikmah, lebih mauidhah hasanah, lebih menjadi penjadal-penjadal yang bilati hiya ahsan,” tambahnya.

Bil hikmah yang dimaksud Haedar adalah kemampuan memadukan antara nash dan akal yang kemudian melahirkan kearifan, kebijakan, dan pelajaran yang baik dan mengandung sifat ihsan.

Karakter keilmuan ini oleh Haedar juga dipesankan agar menjadi karakter orang Muhammadiyah dalam berhadapan dengan kelompok apapun, baik orang sekuler ataupun orang yang jumud dalam beragama.

Baca Juga:  Hebat! Siswi SMP Muhammadiyah 8 Bandung Ini Hasilkan Film dan Buku

“Jadi kalau kita tidak setuju dengan pemikiran orang sekular, orang liberal, bahkan ateis, kita harus punya argumentasi lebih baik dari mereka. Supaya apa? Ya bisa menaklukkan mereka bahwa Islam itu di atas ateisme, di atas paham sekularisme, liberalisme dan sebagainya,” terangnya.

“Atau juga sebaliknya ketika mereka yang konservatif punya argumen-argumen yang mempertahankan kejumudan, dogmatisme, bahkan sikap kolot, kita juga harus berdialog kepada mereka dengan cara bilati hiya ahsan,” pesan Haedar.

PMB UM Bandung