UMBandung
Sosbud

Inilah Filosofi Arsitektur dan Sejarah Masjid Salman ITB

×

Inilah Filosofi Arsitektur dan Sejarah Masjid Salman ITB

Sebarkan artikel ini
Masjid Salman ITB di Kampus ITB, Jalan Ganesa, Kota Bandung. (Foto/Facebook.Masjid Salman ITB).

BANDUNGMU.COM — Sebuah masjid berdiri dengan megah di Jalan Ganesha No.7, Coblong, Kota Bandung, ini memiliki kisah unik yang menarik untuk disimak.

Masjid yang terletak di seberang kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menjadi bangunan ikonik kebanggaan warga ITB. Suasana masjid yang tenang, adem, dan nyaman, selain digunakan sebagai tempat ibadah, juga dijadikan sebagai tempat belajar dan diskusi yang selalu disinggahi oleh mahasiswa maupun dosen.

Masjid ini dinamakan Masjid Salman atas usul Presiden Indonesia sekaligus alumnus ITB yakni, Ir. Soekarno. Dilansir dari laman Masjid Salman ITB, salmanitb.com, Presiden Soekarno kala itu bertanya pada Saifuddin Zuhri, Menteri Agama RI, “Siapa itu sahabat (Nabi Muhammad) yang menggali parit pada saat Perang Khandaq?” sontak dengan sigap sang menteri menjawab “Salman.”

Baca Juga:  Kemeriahan KAA 1955 di Mata Para Saksi Sejarah

Sebelum ada Masjid Salman, dulu mahasiswa-mahasiswa Muslim di ITB harus bersusah payah berjalan kaki dari ITB ke Masjid Cihampelas untuk menjalankan ibadah salat.

Melihat hal itu, Prof. TM Soelaiman bersama tiga orang sahabatnya yakni Achmad Noeman, Achmad Sadali, dan Ajat Sudrajat mengusulkan kepada Rektor ITB saat itu Prof. Ir. Otong Kosasih untuk mendirikan sebuah masjid di lingkungan ITB.

Namun, Rektor ITB tak setuju dengan alasan: jika orang Islam minta membangun masjid maka orang komunis akan meminta Lapangan Merah di ITB. Prof. TM Soelaiman dan teman-teman tak menyerah untuk menggalang dukungan Presiden Soekarno, yang kemudian memberikan restunya pada 28 Mei 1964 untuk mendirikan rumah ibadah ini.

Baca Juga:  Soekarno, Peci, dan Identitas Nasional

Membangun masjid pada masa Orde Lama bukanlah perkara yang mudah seperti sekarang, karena agama Islam saat itu mulai mengalami kebangkitan di tengah kepopuleran PKI. Meskipun pada akhirnya Rektor ITB kala itu akhirnya memberikan izin untuk membangun Masjid Salman.

Fasad yang unik menjadi ciri khas Masjid Salman ITB dibanding masjid-masjid pada umumnya. Melansir dari laman ITB, atap Masjid Salman ITB terbuat dari beton dengan bentuk cekung, menggambarkan tangan yang menengadah ke atas seperti berdoa.

Ditemukan juga pola garis-garis banyak menghiasi dinding masjid menyiratkan makna habluminallah yaitu hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan, sedangkan garis horizontal dimaknai habluminannas atau hubungan manusia dengan sesamanya.

Lantai masjid yang mampu menampung 1.500 jamaah ini terbuat dari kayu jati sehingga suasana adem menyelimuti saat memasuki masjid. Didukung dengan pencahayaan lampu-lampu kuning yang dapat memberikan kesan teduh membuat ibadah semakin khusyuk.

Baca Juga:  Menguak Teka-Teki Siapa Pencipta Lagu ”Halo-Halo Bandung”

Tak lupa dengan menara yang menjulang tinggi di luar Masjid Salman. Menara ini memiliki makna simbolik bahwa setiap manusia, terutama umat Muslim, harus memiliki pendirian dan iman yang kukuh terhadap Tuhan dengan tetap rendah hati dalam segala kesederhanaannya.

Meski sempat mendapat tidak persetujuan dari beberapa pihak, sembilan tahun kemudian, bertepatan pada hari Jumat tanggal 5 Mei 1972, Masjid Salman ITB diresmikan oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Doddy Tisna Amidjaja; dan dibuka untuk umum untuk melaksanakan salat Jumat pertama kalinya. (Alya Nur Anisya/Ayobandung.com).

PMB Uhamka