Oleh: Rosihon Anwar*
BANDUNGMU.COM — Al-Quran, kitab suci umat Islam, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam kurun waktu 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. Dimulai pada malam 17 Ramadan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi dan berakhir pada 9 Dzulhijjah saat Haji Wada tahun ke-10 Hijriah. Proses turunnya Al-Quran berlangsung melalui tiga tahapan yang sarat dengan hikmah dan pelajaran.
Tahap Pertama: Dari Allah ke Lauh al-Mahfuzh
Tahap awal ini menyatakan bahwa Al-Quran diturunkan secara langsung dari Allah SWT ke lauh al-mahfuzh, sebuah tempat yang berisi catatan seluruh ketetapan Allah.
Proses ini diisyaratkan dalam QS Al-Buruj (85): 21–22, yang menyebutkan, “Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-Quran yang mulia. Yang (tersimpan) dalam lauh al-mahfuzh.” Hal serupa juga disebut dalam QS Al-Waqiah (56): 77–80, yang menegaskan bahwa Al-Quran berada dalam kitab yang terpelihara, hanya dapat disentuh oleh hamba-hamba yang disucikan.
Tahap Kedua: Ke Bait al-Izzah di Langit Dunia
Selanjutnya, Al-Quran diturunkan dari lauh al-mahfuzh ke bait al-izzah, sebuah tempat yang berada di langit dunia. Proses ini tercermin dalam QS Al-Qadar (97): 1, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan,” dan QS Ad-Dukhan (44): 3, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” Tahap ini menandai pentingnya momen-momen tertentu dalam penyampaian wahyu.
Tahap Ketiga: Berangsur ke Hati Nabi Muhammad SAW
Tahap terakhir adalah penyampaian Al-Quran secara berangsur-angsur dari bait al-izzah ke hati Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril.
Proses ini berlangsung sesuai kebutuhan, terkadang berupa satu ayat, beberapa ayat, atau bahkan satu surah penuh. QS Asy-Syu’ara (26): 193–195 menegaskan hal ini, “… dia dibawa turun oleh ar-ruh al-amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
Penyampaian secara bertahap ini bukan tanpa alasan. Banyak wahyu turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat, membenarkan tindakan Nabi, atau memberi arahan dalam situasi tertentu.
Bahkan, sebagian wahyu turun tanpa adanya latar belakang peristiwa khusus. Dalam QS Al-Furqan (25): 32, Allah berfirman, “Berkatalah orang-orang yang kafir, ‘Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’ Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).”
Turunnya Al-Quran secara bertahap mengandung hikmah besar, termasuk memperkuat hati Nabi, menjawab tantangan musuh, dan memudahkan umat Islam dalam memahami serta menghafalnya. Hal ini menjadi bukti kebijaksanaan Allah dalam menyampaikan risalah-Nya kepada manusia.