Oleh: Ace Somantri, Dosen UM Bandung
BANDUNGMU.COM — Sejak tahun 1918 kepanduan Hizbul Wathan (HW) sudah diprakarsai kelahirannya oleh KH Ahmad Dahlan.
Organisasi otonom ini termasuk tidak terlalu jauh kelahirannya dengan Muhammadiyah dan Aisyiyah sehingga relatif sudah melebihi satu abad lamanya.
Kedewasaan organisasi otonom ini terlihat para penggeraknya termasuk golongan orang-orang terbilang cukup berusia. Namun, terlihat tampilan performa semangat juangnya tidak diragukan.
Sempat pernah terdengar ada ungkapan terlintas dari aktivis yang sehari-harinya di sekolah Muhammadiyah menyampaikan keluhan bahwa di sekolah tempat berkhidmat relatif sulit mengganti Pramuka ke Hizbul Wathan.
Selain sudah berjalan cukup lama kepanduannya Pramuka juga karena ada sedikit beban psikologis dengan dinas pendidikan yang menggalakan gerakan kepanduan Pramuka.
Peristiwa tersebut bukan hanya dialami satu tempat, melainkan sangat memungkinkan di tempat lain mengalami hal sama. Dilihat historisnya, HW merupakan kepanduan pertama yang lahir di bumi Nusantara. HW merupakan kepanduan original yang dilahirkan dan didirikan oleh pejuang atau pahlawan nasional Indonesia.
Berbeda dengan kepanduan Pramuka yang dalam sejarahnya kalau tidak salah dibawa oleh orang asing atau berkebangsaan Inggris. Namun, karena nilai-nilai ajaran kepanduannya dinilai baik, maka dikembangkan menjadi kepanduan resmi di Indonesia.
Sementara kepanduan Hizbul Wathan, sekalipun berasal dari tanah air, tetapi karena terindikasi ada pertimbangan politis pada masa penjajahan hingga masa awal kemerdekaan Indonesia, seakan-akan terabaikan, sehingga yang lebih dikembangkan hanya kepanduan Pramuka.
Padahal, kepanduan Hizbul Wathan secara langsung dan tidak langsung merupakan pengawal falsafah negara yakni Pancasila. Para aktivis Hizbul Wathan sejak awal menjadi bagian dari para pejuang kemerdekaan.
Bahkan Jenderal Besar Soedirman pun merupakan sosok pejuang dan pahlawan yang berasal dari aktivis gerakan kepanduan Hizbul Wathan. Keahlian dasar terkait strategi perangnya didapat dari gerakan pandu Hizbul Wathan.
Spirit dan daya juang para anggota pandu Hizbul Wathan hingga saat ini secara simbolik masih terlihat suasana perlawanan terhadap kaum penjajah kala masih masa perjuangan.
Hal itu terlihat dari pakaian seragam dan atribut yang dikenakan serta beberapa kegiatannya serasa masih masa perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.
Hizbul Wathan sebagai pengawal falsafah Pancasila mengandung spirit kejuangan dan cinta tanah air Indonesia. Janji setia yang pertama, yakni setia mengerjakan kewajiban kepada Allah SWT, undang-undang dan cinta tanah air.
Janji setia tersebut menjadi watak para anggota pandu Hizbul Wathan dalam menjaga dan mengawal Pancasila, yakni isinya ketaatan berdasar pada sila pertama, yaitu ketuhanan Yang Maha Esa.
Termasuk dalam undang-undang Hizbul Wathan, makna yang terkandung semua berisi nilai-nilai kepanduan yang memancar dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengamal dan penggerak yang memiliki sifat-sifat kemandirian, kedisiplinan, ketangkasan, dan keterampilan. Sifat tersebut dikemas dalam jiwa keperwiraan seorang pemuda yang tangguh, gagah, dan berani.
KRH Hadjid sebagai pengusul nama kepanduan Hizbul Wathan atau HW telah menjadi nilai sejarah tersendiri. Terlebih bagi Muhammadiyah telah memberi tambahan nutrisi para pejuang kemerdekaan kala itu dan menjadi organisasi otonom tertua setelah Aisyiyah yang melampaui waktu satu abad.
HW yang telah melahirkan tokoh bangsa sekaliber Jenderal Besar Soedirman. Hal ini menjadi catatan sejarah yang bernilai bagi bangsa Indonesia.
Nilai-nilai kepanduan HW telah memupuk rasa cinta tanah air dan membangun kesetiakawanan pada sesama maupun makhluk lainnya untuk tetap saling menjaga, menghargai, dan saling menghormati dalam janji setia para anggota pandu di mana pun berad.,
Baik dari kwartir pusat hingga pada level anggota dalam satu kabilah di masing-masing unit di amal usaha Muhammadiyah.***