PMB Uhamka
Ekbis

Ingin Jadi Center of Excellence Pengembangan Ilmu Ekonomi Bisnis Islam? Terapkan Lima Budaya Kerja Ini

×

Ingin Jadi Center of Excellence Pengembangan Ilmu Ekonomi Bisnis Islam? Terapkan Lima Budaya Kerja Ini

Sebarkan artikel ini

BANDUNGMU.COM, Bandung — Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi center of excellence pengembangan Ilmu Ekonomi Islam dan Ilmu Bisnis Islam.

Sebagai penyelenggara akademik, FEBI diarahkan pada pencapaian tujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional.

Menurut Dekan FEBI UIN SGD Bandung Dr H Dudang Gojali MAg, FEBI UIN SGD Bandung bertugas memberikan respons positif secara akademik yang islami dan profesional, terhadap berbagai tantangan zaman terutama dalam memberi warna dan pengaruh keislaman kepada masyarakat secara keseluruhan.

“Harapan kami, FEBI UIN SGD mampu menjebolkan para pemikir ekonomi, menggerakkan dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi, dan mencetak alumni menjadi pelaku-pelaku ekonomi,” harap Dekan, saat memberikan kata pengantar dalam kegiatan Pembinaan Pegawai FEBI, di Aula Utama kampus itu, Selasa (18/07/2023).

Pembinaan Pegawai ini menghadirkan Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag RI Prof Dr H Muhammad Ali Ramdhani STP MT dan Direktur PTKI Prof Dr H Ahmad Zainul Hamdi MAg.

Hadir juga Wakil Rektor II UIN SGD Bandung Prof Dr H Tedi Priatna MAg; guru besar FEBI, unsur dekanat FEBI, ketua/seketaris jurusan; ketua laboratorium, para dosen, dan tenaga kependidikan.

Baca Juga:  UIN Bandung Kukuhkan 20 Guru Besar, Raih Rekor MURI ke-3 Terbanyak di PTKN

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, lanjut Dr Dudang, FEBI salah satu penyelenggara pendidikan tinggi yang mempunyai peran strategis, terutama dalam meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa.

Kemudian mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berkualitas dan mandiri, sehingga mampu membangun diri dan masyarakat sekelilingnya.

Selain mengawal bidang akademik, FEBI juga berperan aktif dan membantu pemerintah dalam menetralisir pemikiran radikalisme (deradikalisasi), baik di internal FEBI maupun masyarakat luas.

Karena menurut Dekan, selain rendahnya pemahaman keagamaan, radikalisme juga tumbuh subur akibat kemiskinan.

“Nah, ilmu yang dipelajari di FEBI adalah ilmu pibeunghareun (ekonomi dan bisnis). Inilah yang dimaksud FEBI ikut berikhtiar dalam deradikalisasi,” ujar Dekan.

Dalam kesempatan itu, Dr Dudang juga mengungkapkan obsesinya ingin mengembangkan FEBI menjadi fakultas yang unggul dan berdaya saing.

Strategi kebijakannya dilakukan melalui pendekatan pencerahan, pemberdayaan, dan pengembangan dalam rangka menciptakan kultur akademik yang kondusif.

Baca Juga:  Sejarah dan Alasan Tidak Ada Sosok Ayah dalam Gambar Kaleng Khong Guan

Lalu meningkatkan kualitas yang berorientasi pada jaminan mutu dan inovasi. Tidak lupa modernisasi manajemen pendidikan dan pelayanan administrasi yang profesional, efektif, dan efisien.

Lima budaya kerja

Dirjen Pendis Prof Muhammad Ali Ramdhani mengingatkan kembali bahwa Kementerian Agama memiliki konsep lima nilai budaya kerja.

Pertama, integritas. Integritas tidak selesai di hati, tetapi terekspresikan melalui sebuah attitude. Tidak sekadar pemahaman, tetapi diekspresikan ke dalam sebuah perilaku.

“Orang yang punya integritas adalah orang yang ramah bukan marah; yang mengajak bukan mengejek; yang membina bukan menghina; yang mengajar bukan menghajar; yang merangkul bukan memukul. Wajahnya selalu senyum pada dirinya dan orang lain, itu prinsip dalam hidupnya,” jelas Prof Dhani.

Kedua, profesional. Ini mengandung makna adil, yakni mengerjakan sesuatu sesuai dengan keahliannya dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. “Profesional itu selalu meng-update ilmu dan bekerja secara proporsional,” jelasnya.

Ketiga, inovasi. Orang yang inovatif selalu berusaha menemukan jalan baru. Dia seorang cendekia yang selalu keluar dari zona nyaman, dia selalu berpikir tentang cara lain.

Baca Juga:  Cerita Pengalaman Mahasiswa UM Bandung Ikuti Program IISMA di Negeri Kanguru

“Dia selalu berkata, tidak ada cara yang baik hari ini, kecuali saya harus menemukan cara lain yang lebih baik. Tidak disebut cendekiawan kalau dia menyukai kemapanan,” ujarnya.

Keempat, bertanggung jawab, yaitu bekerja secara tuntas dan konsekuen. Kalau menghadapi sebuah masalah, lihat terlebih dahulu konstruksi masalahnya, cara menyelesaikannya seperti apa, tidak selalu mendengar hal-hal yang tidak jelas, lalu tidak melakukan inisiatif yang melelahkan.

“Jadi, ciri orang bertanggung itu bersungguh-sungguh dalam segala hal, melakukan yang terbaik, disiplin, jujur, berani menangung risiko, dan rela berkorban,” tuturnya.

Kelima, keteladanan. Menurut Prof Dhani, guru adalah orang yang digugu dan ditiru. Kata-katanya adalah ilmu, perilakuknya adalah keteladanan.

Dalam pendidikan akan terjadi proses identifikasi atau imitasi, apa pun tingkah laku guru–dalam hal ini dosen–akan ditiru oleh mahasiswa.

“Mahasiswa akan melihat intelektualitas dosen. Mereka akan melihat cara kita berpakaian, melihat cara bicara, menengok cara kita memperlakukan orang lain,” pungkasnya.***

PMB Uhamka