Opini

Inspirasi Sang Profesor

Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

BANDUNGMU.COM — Masih ingat dalam benak dan ingatan kenangan kala itu dalam ruang belajar di kampus Jalan Banteng Dalam komplek perguruan Muhammadiyah Lengkong, Kota Bandung.

Gayanya bicaranya khas orang Jawa. Intonasinya jauh lebih keras daripada orang Sunda. Duduk paling depan bisa membuat saya lebih dekat melihat gerak dan gerik sang profesor elektro dari Surabaya.

Terjadi interaksi dan komunikasi pada acara dialog interaktif dalam rangka memberikan saran dan petuah meningkatkan amal usaha pendidikan Muhammadiyah tersebut.

Saat itu, awal menjadi ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Bandung, saya mendapat undangan dialog dengan pemateri yang banyak menginspirasi kemajuan dunia pendidikan di berbagai daerah itu.

Rasa penasaran akan sosok profesor yang konon kabarnya sedikit nyentrik dan energik. Saya penuh harap bahwa dari acara itu ada inspirasi yang dapat diambil dan diamalkan.

Branding, istilah itu yang sering terucap oleh profesor elektro dari Surabaya dalam dialog interaktif tersebut. Tidak ada alasan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Bandung sebagai kota pendidikan tidak maju dan keren.

Dengan penuh semangat, sang profesor memberikan pandangan-pandangan seputar dunia pendidikan. Di samping itu, juga diselingi kisah-kisah sekolah Muhammadiyah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta yang hebat dan unggul.

Semua dimulai dari awal kesungguhan seorang pimpinan sekolah dalam hal ini para kepala sekolah. Bagaimana menumbuhkan komitmen kepala sekolah dalam branding sekolah yang dipimpinnya.

Saat itu arahan dan titik fokus terkait branding bukan pada model pembelajaran, melainkan bagaimana memanfaatkan kata-kata kunci bahwa kata “Muhammadiyah” sudah 40 persen menyumbang nilai branding.

Ditambah Bandung sebagai kota pendidikan, disadari atau tidak, juga menyumbang nilai branding lebih bagi sekolah atau lembaga pendidikan. Sisanya sedikit tinggal dipoles saja dengan materi-materi yang berkaitan dengan kinerja sekolah.

Dengan modal branding Muhammadiyah dan Kota Bandung, hampir mendekati 60-70 persen sudah terpenuhi untuk meningkatkan market peminat yang masuk ke sekolah Muhammadiyah.

Kepala sekolah dituntut keberaniannya untuk berani mengambil resiko dan meningkatkan adrenalin dalam menciptakan suasana sekolah lebih hidup.

Di antara kasus dan kisah sekolah hebat di Jawa, para kepala sekolahnya berani ambil resiko, khususnya bagaimana mendesain ulang penampilan fisik sekolah.

Selain itu, soal alasan tidak memiliki anggaran, para kepala sekolah mengambil solusi dengan meminjam uang ke bank, tentu dengan jaminan Muhammadiyah dan eksistensi sekolah.

Kemampuan komunikasi dan negosiasi seorang kepala sekolah atau leader pada lembaga pendidikan Muhammadiyah tampaknya menjadi keharusan dan keniscayaan. Pasalnya, semua itu menjadi salah satu poin penting penentu keberhasilan.

Saking energiknya, hampir semua sekolah Muhammadiyah yang mengalami percepatan dan kemajuan, nyaris mendapat sentuhan kata dan petuah dari sang profesor elektro. Beliau bukan profesor ilmu pendidikan loh.

Dalam pantauan grup WhatsApp (WA) yang terkoneksi dengan profesor elektro, anggotanya sudah dipastikan terinspirasi dengan keahlian dan kepiawaiannya men-drive personal-personal penggerak pendidikan di Muhammadiyah untuk menjadi penulis.

Yang menarik dan unik juga, bagi siapa pun yang membuat tulisan komentar dalam grup WA tanpa kaidah yang baik dan benar akan ada arahan langsung, apalagi menulis kalimat-kalimat banyolan yang tidak baik sudah pasti ditegur.

Keberaniannya beramar makruf kepada para penggerak pendidikan dan dan punya skill menulis yang konsisten, tidak sedikit warga Muhammadiyah yang tetap dalam binaannya telah melahirkan naskah-naskah buku.

Sebelum program “Merdeka Belajar Kampus Merdeka” khususnya program sekolah penggerak yang diselenggarakan Kemendikbudristek ada, sang profesor elektro justru sudah bergerak jauh.

Beliau punya tangan yang lihai menulis, lisan yang pandai bertutur kisah-kisah sekolah hebat, dan suaranya kadang-kadang melantunkan lagu-lagu tempo dulu.

Setiap bepergian ke mana pun tidak lupa menyapa berbagai makanan khas daerah yang dikunjungi. Kemudian peristiwa-peristiwa unik yang terjadi pun senantiasa ditulis menjadi sebuah cerita yang menarik.

Begitulah gaya khas sang profesor elektro ITS, ia seorang warga Muhammadiyah Surabaya yang unik, energik, sekaligus nyentrik.

Semoga amal, gagasan kreatif, dan tulisan-tulisan yang menginspirasi beliau menjadi bekal hisab kelak di hari penghitungan. Prof Imam Robandi itu namamu. Insyaallah akan ada generasi lebih banyak lagi yang sepertimu.***

Exit mobile version