UMBandung
Opini

Istri Bersolek Demi Suami?

×

Istri Bersolek Demi Suami?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi (media.istockphoto)

Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

BANDUNGMU.COM — Para bidadari penghuni bumi sejak remaja hingga dewasa selalu bercermin memandang wajah dan tubuhnya. Bahkan tidak sedikit para ladies membawa tas khusus perkakas kecantikan. Sama halnya seperti anggota polisi yang tidak lepas dengan pistolnya di balik jaket menempel di pinggang.

Malahan yang selalu teringat teman sekelasku waktu masih sekolah, hampir tiap menit membuka kaca cermin kecil dan langsung memandang wajahnya sambil pegang kerudungnya. Saking menjadi kebiasaan yang sulit dilepaskan, akhirnya dia terkenal dengan sebutan “Mrs X Eunteung”.

Itu sesuatu yang wajar karena para bidadari harus tetap tampil beda mempesona. Dengan berbagai gaya, warna, dan corak fashion yang menempel dalam tubuhnya tiada lain hanya untuk membuat dirinya tampil percaya diri.

Baru selanjutnya berharap ada daya tarik siapa pun yang melihat, apa lagi bidadari menjelang dewasa yang masih jomblo, so pasti berharap ada seorang perjaka yang mampu merebut hatinya.

Baca Juga:  Gerakan Wakaf di Tengah Perampokan Uang

Lain cerita bagi seorang bidadari yang sudah bersuami. Ketika bersolek hal itu sesuatu kegiatan rutin wajib dalam setiap langkahnya.

Selain ingin tampil terlihat cantik nan mempesona, juga bukan sekedar untuk mempercantik diri semata, melainkan harus ada maksud dan tujuan yang seharusnya menjadi niat, yakni untuk memberi nuansa berseri pada suami yang penuh bangga sebagai bidadarinya.

Hanya sayang kadang-kadang tidak bisa dibohongi pada realitasnya keumuman tidak sesuai dan hal itu sulit dicari alasannya. Banyak bidadari bersolek dengan berbagai cara membuat wajah cantik dan tubuh tetap telihat padat berisi seolah-olah masih perawan tingting sering terlihat dalam ruang-ruang publik dan kecantikannya dinikmati banyak orang.

Ketika pulang ke rumah, kembali ke asal semula wajah: cantik nan mempesona hanya terlihat selewat. Harum wewangian sudah hilang menguap di ruang publik dan ketika datang ke rumah hanya sisa wewangian dan keringat yang mengering.

Entah sejak kapan para bidadari bumi bersolek untuk di ruang publik. Padahal, mereka hadir untuk pasanganya (suami), bukan untuk orang lain yang bukan pasanganya.

Baca Juga:  Lulusan Perguruan Tinggi: Kreatif atau Cumlaude?

Maksudnya bukan berati tidak boleh merawat diri dan tampil mempesona. Namun, harus tetap diingat bahwa pada dasarnya kecantikan seorang istri itu hanya untuk pasangannya yang halal. Selebihnya adalah bagian dari perjuangan menjaga marwah sebagai seorang bidadari.

Wajah cantik nan rupawan, tubuh sehat bugar nan segar tampak sempurna sebagai generasi Siti Hawa. Tidak salah seorang pria wajib menjaga dan menyayangi karena dia dicipta untuk dijaga dan disayangi.

Berat memang memberikan biaya untuk perawatan bidadari agar tetap terlihat cantik sempurna. Cukup banyak bidadari yang tidak mampu merawat diri sehingga kondisi fisik terlihat lebih cepat kusam dan menua. Bahkan bisa saja, disadari atau tidak, pandangan suami pindah ke bidadari lain–semoga tidak terjadi.

Hikmah yang dapat dipetik bahwa kecantikan para bidadari bumi sebagai bagian dari kebesaran yang Allah yang Mahakuasa. Hal itu juga sekaligus menjadi bukti bahwa ahsani taqwim dalam surah At-Tiin benar nyata adanya. Bukan sesuatu yang transendental.

Baca Juga:  Kasus Wadas dan Catatan Buruk Kepemimpinan

Saat ini yang harus disadari oleh para bidadari untuk senantiasa tetap bersyukur atas kelebihan yang diberikan sebagai maKhluk lembut yang lebih lembut dari lembutnya sutera.

Kelembutannya didaulat menjadi sosok ibu dari anak-anak yang dilahirkan melalui rahimnya. Padahal dalam term hukum dan pranata sosial masyarakat muslim lebih familiar garis nasab anak selalu diambil dari seorang ayah. Bukan dari ibu.

Pada sisi lain ketika mengandung dan melahirkan dengan pengorbanan jiwa dan raga tiada lain sosok ibu sang bidadari dari bumi. Termasuk tidak hanya itu, kelembutan sang bidadari selalu hadir di kegalauan suami, dalam kondisi apa pun sang bidadari harus melayani.

Oleh karena itu, sangat beralasan ketika pekerjaan rumah pun menjadi kewajiban seorang suami. Bukan semata-mata dikerjakan seorang diri oleh istri.

Semoga semua bidadari di bumi berlanjut menjadi bidadari di surga-Nya. Amin.***

Seedbacklink