Sukron Abdilah, Chief in Editor
BANDUNGMU.COM – Tahukah kamu bahwa suami bahagia itu selalu tegar; bukan “teu gaduh rarasaan” dan selalu sabar; bukan “sagala bareuh” karena banyak dahar?
Nah, dengan ketegaran dan kesabaran, tentunya suasana hati akan senyaman embusan angin di pantai; bahkan lebih nyaman ketimbang angin sepoi-sepoi di kebon awi, yang dibawahnya mengalir sungai Cimanuk. Dalam bahasa lain, nih, ketegaran dan kesabaran itu berpulangnya kepada hati sanubari seseorang.
Jadi, sumber utama kita disebut suami bahagia ialah saat hati merasakan nyaman seperti sedang “moyan” untuk “moe tonggong” di pagi hari. Ini (moe tonggong) ialah posisi paling strategis merasakan kenikmatan hakiki.
Hatinya tidak merasakan beban berat meskipun sedang ditimpakan beban masalah oleh Allah. Hatinya selalu menjadi surga yang menyejukkan hati, sementara sikap dan tindakannya selalu menuju kebaikan yang diridhai-Nya.
Soal hati sebagai sumber kebahagiaan ini, Syeikh Ibn Taimiyah berujar, “Jannati Huna (fi Qalbi)” – surgaku letaknya disini (di dalam hatiku). Jadi, surga ialah kebahagiaan itu sendiri.
Karena itu, agar kita menjadi suami yang berbahagia, agar hati menjadi surga yang menentramkan; pilihlah calon pemimpin yang bisa menanam kebahagiaan di dalam diri.
Pemimpin yang tak hanya mengetahui potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) saja; tetapi mampu mengelola SDA dan SDM di wilayah kepemimpinannya dengan ragam inovasi, kreativitas, dan produkitivitas yang sustainable.
Mengapa demikian, Bray?
Karena sebagai seorang suami, kita punya kewajiban untuk memberikan nafkah kepada isteri tercinta, dan washilahnya hal ini bisa diwujudkan oleh pemimpin yang punya “sense of charity” terhadap suami-suami baper dan galau karena sulit mencari nafkah.
Hati Lapang
Inget deh, selain hati yang lapang, salah satu tanda kebahagiaan itu; yakni terpenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan keluarganya. Maka, pilihlah pemimpin yang mampu meningkatkan iklim ekonomi di daerahmu, sehingga mencari rezeki pun jadi lancar “bablas angine”.
Kang Irfan Amalee dalam bukunya, Islam Itu Ramah, Bukan Marah (Nourabook, 2017) menulis, Jika memilih seorang calon (pemimpin), pastikan kamu memilihnya karena kapabilitas dan kualitas kebaikannya, bukan karena hasutan informasi miring tentang calon pemimpin.
Ya, Jadilah suami berbahagia dan bagi pemimpin jadilah pemimpin yang mampu mengantarkan suami-suami didaerahmu mendapatkan predikat kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan yang melebihi kita tatkala “moe tonggong” di era pandemik ini. Hihihi…oke bray…! ASHIYYAPPP