BANDUNGMU.COM — Secara bahasa shalat adalah doa. Secara istilah shalat diartikan sebagai ibadah yang terdiri atas ucapan dan perbuatan khusus yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat hukumnya wajib berdasarkan dalil dari Al-Quran dan Hadis, kecuali bagi wanita yang sedang haid dan nifas.
Wajibnya shalat ini berdasarkan firman Allah SWT: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk” (QS Al-Baqarah: 43).
Dalam hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadan,” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Kedudukan shalat
Pertama, salat adalah tiang agama. Artinya, agama tidak akan tegak tanpanya. Sabda Nabi Muhammad SAW riwayat Mu’ad bin Jabal RA: Rasulullah SAW bersabda: “Pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad,” (HR At-Tirmidzi).
Kedua, salat adalah ibadah yang pertama kali akan dihisab oleh Allah SWT di akhirat kelak. Sabda Nabi Muhammad SAW riwayat Abu Hurairah RA: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa yang paling pertama ditanya pada seseorang hamba adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka ia akan beruntung dan selamat. Jika shalatnya rusak, maka ia rugi dan tidak selamat,” (HR An-Nasai dan At-Tirmidzi).
Ketiga, salat adalah parameter amal seseorang. Sabda Nabi Muhammad SAW dari Anas bin Malik RA: “Dari dari Nabi SAW bahwa yang paling pertama dihisab dari seorang hamba adalah shalat, jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Jika shalatnya buruk, maka buruklah seluruh amalnya,” (HR Ath-Thabrani).
Itulah kedudukan shalat dalam Islam. Dalam shalat terdapat keutamaan yakni sebagai medium penghapus dosa.
Dalam hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Perempumaan shalat lima waktu seperti sungai yang mengalir deras di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian, dia mandi padanya sebanyak lima kali,” (HR Muslim).
Bagaimana, apakah masih mau meninggalkan shalat demi dunia yang hanya sementara? Semoga saja tidak.***