PMB Uhamka
News

Seorang Pemimpin Harus Memiliki Empat Karakter Kenabian

×

Seorang Pemimpin Harus Memiliki Empat Karakter Kenabian

Sebarkan artikel ini
Menko PMK sekaligus Ketua PP Muhammadiyah Muhadjir Effendy (Foto: muhammadiyah.or.id).

BANDUNGMU.COM, Bandung — Menko PMK sekaligus Ketua PP Muhammadiyah Muhadjir Effendy mengatakan bahwa kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang menerapkan karakter kepemimpinan rasul atau para nabi terutama kepemimpinan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

“Kepemimpinan profetik meneladani empat sifat wajib karakter utama rasul yakni sidiq, amanah, tablig, dan fatanah,” tutur Muhadjir seperti bandungmu.com kutip dari laman resmi Muhammadiyah.

Pemimpin yang sidiq memiliki arti jujur yang dalam arti yang luas berintegritas. Sidik bukan sekedar jujur, melainkan dalam diri seorang pemimpin memiliki sikap yang tegas sesuai dengan apa yang diucapkan dan dipikirkan dan dilakukan dan selalu berpihak pada kebenaran.

Baca Juga:  Menguatkan Gerakan Militansi Kader Muhammadiyah di Dunia Digital

Kemudian pemimpin memiliki sifat amanah atau terpercaya. Maknanya ketika seseorang mendapat tanggung jawab, mendapat tugas dari masyarakat, maka harus seseorang itu harus melaksanakan dengan sebaik-baiknya.

“Tanggung jawab seorang pemimpin ketika memegang amanah bersifat vertikal maupun horizontal yang berpegang teguh pada Allah SWT dan berpegang pada amanah umat yang mempercayai kita,” terang Muhadjir.

Kemudian sifat yang ketiga adalah tablig yang artinya menyampaikan. Rasul disebut Muhadjir memiliki karakter utama adalah penyampai atau deliver. Karakter menyampaikan ini dalam arti apa yang pemimpin sampaikan harus diterima dan dipahami oleh orang lain.

Baca Juga:  SM Tower Malioboro: Dakwah Ekonomi dan Pemberdayaan SDM Perhotelan Muhammadiyah

“Maka harus membedakan antara mengirim atau to send dengan menyampaikan atau to deliver. Apa yang kita kirim belum tentu sampai tetapi kalau menyampaikan kita pastikan apa yang kita berikan sampai kepada pihak sasaran,” imbuh Muhadjir.

Selanjutnya, sifat fatanah atau cerdas yang ditandai dengan kemampuan berpikir kritis kreatif dan inovatif.

“Kita harus selalu curiga, harus selalu skeptis terhadap hal yang masuk dalam pikiran kita karena bersikap skeptis adalah awal mula dari pikiran kritis,” ungkap Muhadjir.

Baca Juga:  Inilah 8 Istilah Bencana Dalam Islam

Berpikir kritis menurut Muhadjir akan membuat orang berpikir kreatif, termasuk dalam hal kemampuan stimulus untuk menerima hal baru dan kemudian bisa merespons dengan tepat. Kalau itu masalah, dia bisa mencari solusi atas masalah itu.

Peran perempuan dalam hal kepemimpinan ini disebut Muhadjir menjadi krusial bahkan penentu.

“Karena kita tahu tidak ada sebuah bangsa yang tumbuh besar tanpa perempuan karena dari perempuan akan menjamin bahwa proses regenerasi proses keberlangsungan sebuah bangsa akan terjadi,” tandas Muhadjir.

PMB Uhamka