BANDUNGMU.COM, Bandung — Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi, yang lebih dikenal sebagai Kak Seto, mengungkapkan bahwa bullying telah menjadi budaya buruk yang diwariskan secara turun-temurun. Menurut Kak Seto, salah satu alasan mengapa kasus bullying terus meningkat di Indonesia adalah karena adanya pembiaran dari lingkungan sekitar.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kak Seto dalam acara Sekolah Adil Gender dan Advokasi Asik Camp Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) di Auditorium KH Ahmad Dahlan, lantai tiga Gedung UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, pada Kamis (06/07/2024).
Kak Seto menyoroti bahwa banyak sekolah membiarkan peluang terjadinya bullying, sehingga perilaku ini terus diwariskan dari generasi ke generasi. “Kebanyakan orang berasumsi bahwa bullying, terutama bagi pelakunya, menjadi budaya yang membuat mereka terlihat lebih keren, lebih hebat, dan lebih jantan,” ujar Kak Seto.
Menurut Kak Seto, bullying merupakan mekanisme pertahanan diri bagi para pelaku. “Kadang-kadang orang melakukan bullying karena merasa ada kekurangan dalam diri mereka. Tindakan bullying ini meningkatkan rasa percaya diri dan menjadi bentuk pertahanan diri. Pelaku bullying biasanya bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya,” jelas Kak Seto.
Kak Seto menambahkan bahwa orang-orang yang berbeda secara fisik, psikologis, ekonomi, atau mereka yang kurang mampu bergaul dengan baik, sering menjadi sasaran bullying. Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mencegah bullying?
Ada beberapa cara untuk mencegah bullying pada anak-anak. Salah satunya adalah dengan menumbuhkan kedekatan emosional dengan para pelaku. “Cobalah berbicara dari hati ke hati untuk membangun rasa percaya diri, keberanian, dan ketegasan pada para pelaku,” ungkap Kak Seto.
Selain itu, orang-orang terdekat dari pelaku juga perlu mengembangkan kemampuan sosial agar bisa berbaur dengan orang lain. “Oleh karena itu, mari bersama-sama menciptakan sekolah yang ramah anak agar dapat mengarah pada terciptanya Indonesia Emas, bukan Indonesia Cemas,” tandas Kak Seto.***(FK)