BANDUNGMU.COM — UIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi tuan rumah penyelenggaraan Forum Dekan (Fordek) Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) bertajuk sinergi saintek dalam upaya mencapai rekognisi internasional yang berlangsung di Hotel Holiday Inn sejak Jumat-Ahad (15-17/07/2022).
Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Hj Evi Fatimatur Rusydiyah MAg, Guru Besar UIN Alauddin Makassar Prof Wasilah Sahabuddin, dan Ketua Forum Dekan FST Dr Sri Harini MSi tampil menjadi narasumber Fordek FST PTKIN 2022 yang membahas tentang Pengembangan FST PTKIN.
Pembahasan tersebut dipandu oleh Cepy Slamet ST MKom PhD dan dibuka oleh Pelaksana Harian (Plh) Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof Dr Rosihon Anwar MAg CHS.
Dalam sambutannya, Plh Rektor merasa bersyukur, bangga, atas kehadiran Fakultas Sains dan Teknologi yang memberikan kontribusi positif guna meningkatkan rekognisi internasional dan berusaha mengintegrasikan keilmuan dalam bingkai Wahyu Memandu Ilmu.
“Sebagai tuan rumah, saya atas nama pimpinan UIN SGD Bandung mengucapkan selamat datang, wilujeng sumping, sugeng rawuh di Kota Bandung yang diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum. Saya berkeyakinan silaturahmi itu membawa berkah. Dalam Wasiyatul Mustofa kepada Imam Ali, ingatlah datang membawa rezeki, pulang membawa dosa. Ini harus dijelaskan secara sains,” tegasnya.
Prof Rosihon berharap dengan adanya koordinasi Forum Dekan FST ini dapat menghasilkan kebijakan, kesepakatan bersama, kerja sama, dalam meningkatkan publikasi ilmiah yang diakui secara global.
“Dalam konteks tamu datang membawa rezeki, memberikan solusi, menghasilkan kebijakan yang disepakati. Saya berharap pertemuan ini menghasilkan kebijakan, kerja sama, dalam pengembangan sains dan teknologi. Meskipun sainstek dianggap anak bungsu, tapi anak bungsu di UIN justru memberikan kontribusi yang luar biasa dalam rangka meningkatkan rekognisi internasional untuk konteks publikasi ilmiah,” jelasnya.
Kolaborasi, sinergi, dengan kampus lain menjadi keharusan untuk mewujudkan kampus unggul. “Tugas dari Saintek ini harus memberikan spektrum. Misalnya dalam materi kultum zuhur, untuk dosen sains tidak boleh sama materinya dengan dosen Ushuluddin, tapi ceramahnya berisi sainstifik, sehingga materinya lebih menarik, terutama dalam capai publikasi di jurnal bereputasi internasional menjadi bahan kultum,” tandasnya.
Dekan FST Dr Hasniah Aliah MSi melaporkan pertemuan Fordek FST 2022 selama tiga hari ini diikuti 14 kampus yang berjumlah 149 peserta terdiri dari Dekan, Wakil Dekan, Ketua dan Sekretaris Jurusan, Ketua Laboratorium, Dosen, dan Tenaga kependidikan.
“Dua tahun lalu dilakukan secara daring, hari ini luring di Kota Bandung dengan tuan rumah UIN Bandung. Selamat datang di Kota Kembang. Kegiatan Fordek FST digelar selama tiga hari diikuti 149 peserta dari 14 kampus dari unsur tendik, dosen, kajur, sekjur, wadek dan dekan. Dengan menghadirkan lima narasumber, Prof Evi, Prof Wasilah, Dr Sri, pada hari pertama yang membahas Pengembangan FST PTKIN. Pada hari kedua Bu Novardy dan Pak Brain Tawazzan membahas revitalisasi laboratorium FST tahun 2022. FGD Insitusi, Dekan, Wadek, Prodi, Tata Usaha yang dilanjutkan dengan tur Kebudayaan ke Saung Angklung Udjo,” paparnya.
Ketua Forum Dekan FST Dr Sri Harini MSi menjelaskan keberadaan Fodek FST sudah berjalan 10 tahun yang diawali dari pertemuan 5 UIN yang memiliki Fakultas Sains.
“Ada 14 anggota, ini pertemuan ke-10, 2 tahun kemarin secara online, hari ini alhamdulillah di Bandung bisa bertemu secara offline. Dari pertemuan 5 Fakultas Sains yang keberadaannya tidak hanya di Kemenag, tapi Kemendibudristek harus dijembatani. Hari ini hadir 149 peserta, saya berharap Fodek bisa optimal, berkomitmen untuk menuju rekognisi internasional, yang diawali dari MBKM, dengan melakukan pertukaran mahasiswa, dimana mahasiswa sainstek bisa bertukar, penelitian dan publikasi ilmiah bersama,” ujarnya.
Menurutnya, tahapan menuju rekognisi internasional dapat diawali penganggaran laboratorium, akreditasi internasional.
“FST jadi inisiator akreditasi ASIIN, paling lambat Maret tahun 2023 bisa submit. Untuk peningkatan mutu melalui program revitalisasi peralatan laboratorium, wakil akademik bisa mendukung laboratorium. Hadirnya rekomendasi nanti jadi agenda dan program nasional. Sebagai anak bontot, dalam integritas sains mampu memperkuat pengetahuan agama,” tuturnya.
Bagi Prof Wasilah, sinergi dan kolaborasi, antar 14 kampus, peningkatan SDM dosen, tenaga kependidikan menjadi modal untuk rekognisi internasional.
“Alhamdulillah sampai hari ini Fordek sudah berjaya. Cara agar diakui rekognisi internasional, sinergi lebih utama, sinergitas perlu diperkuat, SDM dosen, tendik, mahasiswa harus ditingkatkan seperti di Makassar lebih detail, bisa lebih lanjut. Untuk projects IDB alat laboratoriumnya dari Singapura, Jerman hari ini harus ada revitalisasi alat laboratorium supaya meningkat rekognisi internasional,” sarannya.
Sambil mengutip pernyataan Dirjen Pendis yang disampaikan oleh Prof Wasilah tentang pentingnya kerja sama, “Tidak ada Superman, tapi yang ada supertim,” jelasnya.
Di mata Prof Evi caranya mesti bekerja sama, “Semua lembaga bisa meningkatkan dengan kerja tim karena sangat penting. Ibaratkan gedung 14 kampus ini isinya harus banyak melakukan kolaboratif mulai dari forum internasional, student exchange, memiliki publikasi dan sitasi yang tinggi, riset terus digalakkan dalam meningkatkan rekognisi internasional,” pungkasnya.***