PMB Uhamka
News

Kementerian Agama Dorong Media Massa Kampanyekan Moderasi Beragama

×

Kementerian Agama Dorong Media Massa Kampanyekan Moderasi Beragama

Sebarkan artikel ini
Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah Roni Tabroni MSi saat menyampaikan paparan pada diskusi publik bertajuk "Urgensi Syiar Moderasi dalam Bingkai Kerukunan Umat Beragama di Media Massa" yang berlangsung di Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin (14/11/2022).

BANDUNGMU.COM, Surakarta — Media massa memegang peranan penting dalam meneguhkan isu kebebasan beragama dan berkeyakinan. Media massa juga sangat efektif menyuarakan moderasi beragama dan meredam penyebaran ideologi terlarang.

Demikian benang merah diskusi publik bertajuk “Urgensi Syiar Moderasi dalam Bingkai Kerukunan Umat Beragama di Media Massa” yang berlangsung di Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin (14/11/2022).

Acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan Uji Kompetisi Wartawan (UKW) Media Afiliasi Muhammadiyahini yang diselenggarakan hasil kerja sama Kemenag RI, UMS, dan MD Indonesia.

Tiga pembicara dihadirkan dalam forum ini, yakni Prof Dr Suyitno (Kepala Balitbang Kemenag RI), Roni Tabroni MSi (Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah), dan Dr Makroen Sanjaya (praktisi media).

Baca Juga:  Jaga Kondusivitas Pemilu 2024, Ketua PWM Jawa Barat Sampaikan Tiga Pesan

“Kami sangat mengapresiasi adanya peran media massa yang mampu menyajikan konten-konten tentang wawasan moderasi,” ujar Suyitno.

Kemenag, terang dia, melakukan berbagai upaya serius dalam dalam rangka membangun kerukunan beragama secara baik di kalangan masyarakat secara luas.

Kata dia, hingga sekarang, Kemenag masih melakukan kerja sama dengan pejabat, rektor, dosen, guru, tokoh agama, dan lainnya dalam menyuarakan kesadaran pentingnya moderasi beragama.

“Dengan perguruan tinggi kami melakukan berbagai riset. Hasilnya kami jadikan atensi untuk mengambil langkah-langkah konkret mencegah gerakan yang menganggu kerukunan umat beragama,” jelas dia.

Baca Juga:  Panitia Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke 48 Rekrut 10 Ribu Mahasiswa Jadi Relawan

Lebih bahaya

Sementara itu, Roni Tobroni menyoroti betapa media sangat mewarnai budaya dan kehidupan manusia. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya tokoh agama yang berebut pengaruh di tengah masyarakat dengan memanfaatkan media massa.

Roni lalu membeberkan salah satu temuannya bahwa ada lembaga penyiaran di Jawa Barat terang-terangan tidak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya.

“Lembaga penyiaran juga menolak narasumber perempuan, mempersoalkan ideologi negara, mempertentangkan paham agama, dan mengkampanyekan khilafah. Menurut saya, narasi dan sikap anti moderasi di media jauh lebih berbahaya,” katanya.

Hal senada disampaikan Makroen Sanjaya. Dia bilang, potensi intoleransi di tengah masyarakat cukup besar lantaran dipengaruhi oleh informasi-informasi yang disebar di media massa.

Baca Juga:  Yuk Main ke Galeri Dekranasda Yang Ada di Pasar Modern Sinpasa

Makroen mengaku telah melakukan penelitian terhadap media massa yang kerap memproduksi konten-konten yang memicu gesekan antarumat beragama.

“Mereka bekerja rapi, terukur, dan memiliki panduan. Mereka yang bisa tampil menyampaikan pesan juga diseleksi, tidak sembarangan,” ungkap dia.

Makroen menambahkan, hasil penelitiannya juga membuktikan jika sumber pergolakan pemikiran dari media intoleran itu dilatarbekakangi oleh masalah ideologi.

Untuk diketahui, moderasi beragama menjadi salah satu isu penting yang akan diangkat dalam agenda Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Surakarta pada 18-20 November mendatang.***(FA)

PMB Uhamka