PMB Uhamka
Opini

Langkah Bijak Ala Rasulullah untuk Memandu Organisasi Sosial Zaman Kini

×

Langkah Bijak Ala Rasulullah untuk Memandu Organisasi Sosial Zaman Kini

Sebarkan artikel ini

Oleh: Nashrul Mu’minin* 

IDUL fitri telah berlalu, tetapi semangat Syawal terus menyala. Bulan Syawal 1446 Hijriah yang jatuh di April 2025 bukan sekadar penanda berakhirnya Ramadan. Ia adalah titik balik. Momen refleksi.

buku

Saat kita tidak hanya kembali ke fitrah, tetapi juga bertekad mengembalikan segala aktivitas sosial ke arah yang lebih bermakna. Terutama dalam mengelola organisasi sosial.

Bulan Ramadan kemarin, kita diajarkan arti kesabaran, keikhlasan, dan pengabdian. Kini Syawal datang sebagai ladang penerapan nilai itu. Bukan hanya dalam ibadah personal, tetapi juga dalam mengatur dan menata kerja sosial yang kita jalani. Sudah saatnya kita tidak hanya sibuk berorganisasi, tetapi juga menjadikannya sarana meneladani Rasulullah Muhammad SAW.

Banyak yang mengira manajemen hanya milik dunia korporat atau teori barat. Padahal, jauh sebelum teori-teori modern berkembang, Rasulullah telah memberikan contoh konkret bagaimana memimpin, membina, dan membesarkan sebuah komunitas sosial. Sederhana, manusiawi, tetapi luar biasa efektif.

Rasulullah SAW memimpin dengan kasih sayang dan visi jangka panjang. Ia bukan tipe pemimpin yang hanya memerintah, tetapi juga mendengar. Bukan yang suka tampil dominan, tetapi memberi ruang tumbuh bagi sahabat dan umatnya.

Allah SWT sendiri memuji akhlak Rasulullah dalam firman-Nya, “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam: 4).

Ruh kebersamaan

Rasulullah adalah pemimpin yang membentuk tim bukan sekadar dengan struktur, melainkan dengan ruh kebersamaan. Ia menyatukan hati, bukan hanya mengatur tugas. Seperti saat membangun Masjid Quba atau saat hijrah ke Madinah, Nabi mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar dengan persaudaraan sejati.

Baca Juga:  Ulama dan Buku

Dalam mengatur organisasi sosial, kita pun harus meneladani Rasulullah: menyusun kerja atas dasar keikhlasan, bukan ambisi. Menumbuhkan semangat ukhuwah, bukan sekadar formalitas program.

Rasulullah bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kini di tahun 2025, saat dunia semakin cepat dan banyak organisasi sosial kehilangan arah karena ambisi, kita butuh kembali ke prinsip dasar ini: amanah. Kepemimpinan bukan soal pengaruh, melainkan pertanggungjawaban.

Syawal adalah bulan awal. Setelah Ramadan, seharusnya muncul semangat baru. Bukan hanya untuk individu, melainkan dalam mengelola lembaga sosial keislaman. Mari jadikan bulan ini sebagai pondasi. Organisasi harus menjadi ruang saling menumbuhkan, bukan saling menekan.

Penting juga kita sadar bahwa mengatur lembaga sosial tidak boleh menjauh dari nilai spiritualitas. Jangan hanya bicara efektivitas program, tetapi lupa tentang keikhlasan. Jangan terlalu sibuk dengan target pencapaian, tetapi lupa pada hakikat pengabdian.

Ramadan 2025 yang datang di bulan Maret lalu telah memberi cukup banyak pelajaran batin. Sekarang, April dengan Syawal-nya mengajak kita menjadikan semua itu nyata dalam perbuatan. Organisasi sosial kita harus menjadi cermin akhlak Rasulullah, bukan sekadar simbol kegiatan.

Baca Juga:  Jawab Tantangan Zaman, Kader Nasyiah Didorong Berorganisasi dengan Lincah

Sumber rahmat

Kita bisa belajar dari Rasulullah yang mampu merangkul semua pihak, menyatukan banyak suku dan ide. Di tengah perbedaan, nabi menanamkan visi besar: rahmatan lil ‘alamin. Maka lembaga-lembaga sosial saat ini pun harus menjadi sumber rahmat, bukan alat kepentingan sempit.

Saat ini kita melihat banyak organisasi yang sibuk dengan nama besar, tetapi miskin kontribusi nyata. Sibuk dengan posisi, lupa pada misi. Jika ini terus dibiarkan, lembaga hanya jadi formalitas.

Maka kembalilah. Tengok kembali bagaimana Rasulullah membangun umat. Mulai dari rumah, dari masjid, lalu meluas ke masyarakat. Semua dilakukan bukan dengan jargon, tetapi dengan akhlak dan keteladanan.

Rasulullah tidak membentuk tim karena status, tetapi karena kapasitas dan keikhlasan. Ia memberi peran sesuai kemampuan, memberi kepercayaan, dan membimbing dengan hikmah.

Sudah saatnya kita tinggalkan gaya kepemimpinan yang keras kepala dan merasa paling benar. Saatnya kembali menjadikan akhlak Rasulullah sebagai pegangan utama. Karena hanya dengan itu, organisasi kita akan bertahan dalam kebaikan.

Menjadi pemimpin dalam organisasi sosial berarti menjadi pelayan umat, bukan hanya pengendali. Rasulullah tidak hanya memerintah, tetapi juga terjun langsung bersama umatnya. Ia menyapu masjid, mengangkat batu saat pembangunan, bahkan menjahit sandalnya sendiri. Ini adalah pesan jelas bahwa kepemimpinan bukan posisi, tetapi aksi nyata dan pengorbanan.

Kita perlu sadar bahwa tantangan sosial di tahun 2025 semakin kompleks. Isu kemiskinan, pendidikan, dan perpecahan sosial membutuhkan organisasi yang solid, bersih, dan bernilai keteladanan. Organisasi sosial harus menjadi benteng nilai dan moralitas, bukan malah memperparah masalah lewat konflik internal atau kepentingan individu.

Baca Juga:  Iman Sumber Ketenangan Jiwa

Dalam konteks ini, teladan Rasulullah SAW harus terus dihidupkan. Bukan sekadar slogan, tetapi benar-benar masuk ke sistem kerja, cara memutuskan, hingga cara menyelesaikan konflik. Saling menghormati, mendengarkan pendapat berbeda, dan musyawarah adalah prinsip utama.

Bermanfaat untuk umat

Syawal bukan hanya bulan penuh kemenangan, tetapi juga bulan pembuktian. Sejauh mana puasa telah membentuk kita jadi pribadi yang jujur, amanah, dan rendah hati. Dan sejauh mana semangat Ramadan itu kita bawa ke dalam gerakan sosial yang kita kelola agar lebih membumi dan bermanfaat untuk umat.

Syawal 2025 ini mari kita jadikan titik balik. Kita bukan hanya menghidupkan organisasi, melainkan menghidupkan nilai-nilai Rasulullah di dalamnya. Bukan hanya sibuk program, melainkan sibuk menebar maslahat.

Semoga Syawal ini dan bulan-bulan berikutnya membawa keberkahan dan menjadikan kita semua pemimpin sosial yang menghidupkan teladan Rasulullah SAW.

Akhir kata, mari jadikan organisasi sosial kita sebagai miniatur kepemimpinan Rasulullah. Yang lembut tetapi tegas, yang kuat tetapi rendah hati, yang bersahaja tetapi menginspirasi. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah kita. Salam hangat dari saya.

*Content Writer Yogyakarta dan Kader Muhammadiyah Lamongan

PMB Uhamka
buku