PMB Uhamka
Islampedia

Merindu Keagungan dan Berkah Bulan Suci Ramadan

×

Merindu Keagungan dan Berkah Bulan Suci Ramadan

Sebarkan artikel ini
Ace Somantri

Oleh: Ace Somantri, dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar

BANDUNGMU.COM — Bulan Ramadan 1445 Hijriah sudah berakhir. Sejak awal bulan, hari demi hari, umat muslim di seluruh dunia menikmati kegembiraan berpuasa bersama.

Tradisi dan kebiasaan menahan lapar, haus, dan hawa nafsu yang dapat membawa pada perbuatan buruk yang berdampak pada orang lain, menjadi bagian dari keseharian.

Ada momen yang selalu dinantikan dan dirindukan, yaitu saat azan Magrib yang menandakan waktu berbuka. Namun, ada juga waktu yang terasa malas untuk dilalui oleh siapa pun yang menjalani puasa Ramadan: sahur menjelang subuh.

Umumnya, siapa pun yang berpuasa merasakan kelelahan dan kelemasan. Dinamika Ramadan menjadikannya sebagai bulan yang sakral dan penuh dengan nuansa spiritual.

Kesakralannya mendorong umat Islam untuk menghormatinya dengan tulus. Meskipun mengemban kewajiban puasa menjadi beban bagi sebagian orang yang mungkin tidak mampu menjalankannya.

Kehadiran Ramadan selalu membuat rindu untuk bertemu lagi di tahun-tahun mendatang. Kedatangannya membawa cahaya di tengah gelapnya tantangan hidup.

Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab moral atas keyakinan dan kepercayaan agama. Cahaya Ramadan selalu bersinar terang. Ramadan konsisten memberi penerangan kepada umat manusia dari masa ke masa.

Baca Juga:  Inilah Sejarah Penamaan 12 Bulan Hijriah

Keberkahan yang membawa magfirah, rahmah, dan berkah, tersedia bagi siapa pun yang memuliakan bulan suci ini dengan penuh kesungguhan dan ikhlas.

Cahaya Ramadan senantiasa menerangi kegelapan perbuatan buruk yang sering dilakukan oleh banyak orang tanpa merasa bersalah.

Namun, di bawah cahaya Ramadan, kesadaran akan kesalahan itu tumbuh dan mendorong orang untuk memohon ampunan kepada Sang Pencipta.

Kesadaran itu menjadi momen baik untuk menyebarkan kesadaran kolektif di antara umat Islam. Kekuatan spiritual yang dipancarkan oleh cahaya Ramadan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas kebaikan yang tampak di permukaan masyarakat.

Cahaya Ramadan tidak hanya untuk umat Islam, tetapi untuk seluruh umat manusia di bumi ini. Cahaya itu menerangi setiap sudut alam semesta. Ia memberi petunjuk dan penjelasan untuk kehidupan manusia di dunia.

Simbol bulan Ramadan terletak pada efek dan dampak dari ritual ibadah puasa dan ajaran yang terkandung di dalamnya yang menjadi kewajiban bagi umat Islam.

Simbol bulan Ramadan adalah cahaya keberkahan yang mampu mengubah budaya dan tradisi manusia di bumi dalam waktu singkat. Umat muslim dengan tulus menjalankan puasa selama satu bulan penuh tanpa penolakan.

Baca Juga:  Buku "Ontologi", Kritik Budayawan Muhammadiyah Terhadap Keseriusan Persyarikatan Akomodasi Filsafat

Tradisi itu terlihat dalam berbagai kebiasaan. Misalnya, mengubah pola dan jadwal makan secara tiba-tiba. Menahan lapar dan haus dari waktu subuh hingga Magrib. Menunjukkan empati dan simpati pada sesama dengan tingkat kepedulian yang tinggi.

Kemudian meningkatnya ketaatan dalam ibadah kepada Sang Khalik dan mampu membangun semangat ibadah puasa pada semua kalangan usia.

Ramadan, saat dihormati dengan baik, akan memberikan konsekuensi positif kepada siapa pun yang memuliakannya. Keberkahan itu sulit diukur oleh akal manusia. Namun, setiap kebaikan akan mendapat balasan yang berlipat ganda.

Ajaran Islam menekankan pentingnya usaha dalam berbuat kebaikan selama bulan Ramadan. Bahkan, ada pernyataan dari seorang ustaz bahwa orang yang berpuasa di bulan Ramadan akan mendapatkan pahala hanya dengan tidurnya.

Ini menunjukkan mulianya ibadah di bulan ini. Aktivitas produktif selama Ramadan bukan hanya mendapat pahala teologis, melainkan mendatangkan berkah duniawi.

Selama Ramadan, baik umat Islam maupun non muslim dapat merasakan berkahnya. Spiritualitas dalam memuliakan Ramadan tidak hanya memiliki nilai teologis, tetapi dirasakan langsung oleh manusia dalam realitas sehari-hari.

Ramadan adalah waktu ketika pintu maaf terbuka lebar bagi umat muslim di mana pun berada. Meskipun mengalami perubahan fisik dan kelelahan karena puasa, umat muslim yang teguh keyakinannya akan tetap berupaya menjalankan ibadah setiap hari.

Baca Juga:  Pemuda Muhammadiyah Kota Bandung Gelar Resepsi Milad & Baksos: Tebar Paket Sembako untuk Dai Muda

Motivasi dan semangat yang kuat membantu mereka melewati masa-masa sulit tersebut. Mereka seraya berharap mendapatkan ampunan dari segala dosa yang telah dilakukan.

Secara faktual, suasana psikologis masyarakat berubah menjadi lebih ramah selama Ramadan. Dorongan untuk berbuat baik juga menjadi lebih kuat dibandingkan hari-hari biasa.

Cahaya Ramadan bukan hanya simbol kehidupan dalam arti teologis, melainkan memicu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bulan sebagai lambang cahaya dalam gelapnya malam, memberi petunjuk bagi umat manusia. Ini tercermin dalam ayat Al-Quran yang menyebutkan gerakan matahari dan bulan menurut perhitungan tertentu.

Cahaya bulan telah menginspirasi berbagai disiplin ilmu termasuk astronomi. Negara-negara maju merancang penelitian yang terkait dengan fenomena alam ini. Hal itu menunjukkan pengaruh positif cahaya Ramadan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kita sama-sama merindukan bulan suci Ramadan. Kita berharap dan berdoa semoga tahun depan akan kembali bersua dengan bulan yang penuh berkah ini.***

PMB Uhamka