BANDUNGMU.COM, Bandung – Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Barat mengadakan Training of Trainer (ToT) Baitul Arqam pada Jumat (30/08/2024).
Kegiatan yang bertema “Peneguhan Ideologi Kader Aisyiyah dalam Mewujudkan Agilitas Organisasi yang Mampu Beradaptasi dengan Perubahan di Era Disrupsi” ini diselenggarakan di Wisma Pendawa, Jalan Kolam Nomor 4, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Jawa Barat.
ToT ini diikuti oleh anggota MPK dari Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) kota dan kabupaten se-Jawa Barat. Sebelum ToT yang diadakan secara tatap muka ini, MPK PWA Jawa Barat telah menyelenggarakan Baitul Arqam secara daring, diikuti oleh 51 peserta yang merupakan utusan dari PDA se-Jawa Barat.
Peserta ToT ini terdiri dari ketua, wakil ketua, dan sekretaris MPK dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat. Ketua PDA Ciamis dan pengurus Majelis Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LBSO) PWA Jawa Barat juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Wakil Ketua PWA Jawa Barat yang membidangi MPK, Mulyati, menyampaikan bahwa ToT ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan para pelatih internal di lingkungan Pimpinan Daerah Aisyiyah.
Fasilitator ToT Baitul Arqam ini adalah Wakil Ketua Majelis Pembinaan Kader, Ketua, dan jajaran pengurus MPK PWA Jawa Barat yang sebelumnya telah mengikuti ToT Baitul Arqam yang diadakan oleh Pimpinan Pusat Aisyiyah.
Para peserta ToT dibekali dengan berbagai strategi dan metode pelatihan Baitul Arqam, mulai dari tahap perencanaan hingga refleksi kegiatan. Materi yang disampaikan antara lain “Dinamika Gerakan Kaderisasi Aisyiyah dalam Menghadapi Perubahan Zaman” oleh Ketua PWA Jawa Barat Ia Kurniati serta “Sistem Pengkaderan Aisyiyah” oleh Mulyati.
Materi lain yang diberikan meliputi perancangan outbound, need assessment, evaluasi, strategi dan metode pelatihan, serta microteaching dan pengelolaan kelas.
Ketua MPK PWA Jawa Barat, Dewi Mulyani, berharap kegiatan ToT ini dapat mendorong PDA untuk rutin menyelenggarakan Baitul Arqam di daerah masing-masing, baik untuk pengkaderan utama maupun fungsional. “Semakin sering pengkaderan dilakukan, semakin kuat internalisasi ideologi keaisyiyahan dan kemuhammadiyahan kader,” ujar Dewi.***(EN)