PMB Uhamka
Opini

Muhammadiyah dan Komitmennya dalam Membela Palestina

×

Muhammadiyah dan Komitmennya dalam Membela Palestina

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ace Somantri*

BANDUNGMU.COM — Alhamdulillah ala kulli hal, sejak lahirnya Muhammadiyah hingga kini sudah menyebar ke berbagai pulau di belahan dunia. Diawali dengan niat tulus ikhlas sangat visioner dan mulia, yaitu mencerdaskan umat, bangsa, dan negara melalui ilmu pengetahuan beragama dan berbangsa.

Sedikit banyak, bahkan tidak terhitung nilainya akan kebaikan Muhammadiyah yang tidak lepas dari sosok sang penggerak, pembaru, pencerah, dan pemberdaya yaitu KH Ahmad Dahlan.

Jiwa dan raganya rela untuk dijadikan tameng dalam menjalankan amanah dan syariat Allah Ta’ala melalui Nabi dan Rasul-Nya. Spirit berjamaah merupakan kunci kekuatan berpersyarikatan yang tidak banyak orang menggerakkan entitas Muhammadiyah yang dijalankan saat-saat di awal pendiriannya.

Namun, tidak kalah hebat dan heroik nilai juangnya dengan tokoh-tokoh pergerakan Islam di dunia, seperti di Mesir, Suriah, Irak, Iran, Pakistan dan negara-negara lainnya.

Hiruk pikuk perbedaan pendapat selalu ada sejak masa Nabi. Namun, pada masa Rasulullah selalu berhenti dan selesai di hadapannya. Wajar dan lumrah hal tersebut muncul dan masih ada karena tabiat manusia pada umumnya berbeda.

Termasuk dalam hal memahami keberagamaan ketika merasa memiliki kemampuan. Terlebih, sejak perang Sifin terjadi arbitrase pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib sehingga semakin meruncing akibat perbedaan pandangan dalam menyikapi peristiwa tersebut.

Kemudian, perbedaan paham keberagamaan terus berlanjut, khususnya pada masa tabiin dan tabiut tabiin hingga kini yang berkaitan dengan furuiah (cabang) masih berlanjut. Namun, perbedaan tersebut tidak menghalangi saling menghargai dan menghormati di antara mereka.

Pada masa keemasan imam mujtahid yang terkenal di kalangan Suni, seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Hambali, mereka saling menghargai meskipun memiliki perbedaan pandangan.

Meskipun mereka memiliki hubungan guru dan murid, dengan keluhuran akhlak, mereka tetap saling menghormati satu sama lainnya. Itulah orang-orang berilmu yang sejati.

Perilaku, sikap, dan tabiat mereka telah menjadi teladan generasi ke generasi. Namun, saat ini ada beberapa orang oknum yang merasa berilmu, berpengetahuan, dan merasa paling benar sehingga sampai mengkafirkan orang lain atau bersikap takfiri.

Dalam internal organisasi Islam, selalu ada perbedaan pandangan, baik dalam hal berorganisasi maupun pemahaman keislaman dan mazhab yang dianut atau paradigma keberagamaan lainnya.

Saat ini, isu terkait pandangan mengenai Al-Quran, surat, dan ayat yang berkaitan dengan musik dan sejenisnya menjadi viral. Isu ini banyak dibahas di berbagai kanal YouTube oleh ustadz-ustadz yang memiliki pandangan berbeda dengan Ustadz Adi Hidayat.

Baca Juga:  Tiga Kekuatan Muhammadiyah

Banyak tokoh Muhammadiyah yang menyikapi fenomena ini dengan sudut pandang yang berbeda. Semuanya menjadi riuh dan perbedabatan-perdebatan yang tidak perlu banyak menghiasai media sosial.

Perlu dipahami bahwa khazanah Islam sangat kaya, luas, dan fleksibel jika dilihat dari berbagai perspektif keilmuan. Apalagi pemahaman keislaman yang disebarkan oleh Muhammadiyah lebih mencerahkan dan memajukan.

Saat ini, banyak tanggapan dan justifikasi yang viral antara para ustadz. Isinya sangat memprihatinkan karena saling memojokkan dan menyalahkan satu sama lain dengan menggunakan argumentasi dan berbagai dalil.

Sangat disayangkan isu ini bergulir. Padahal, ini terjadi di tengah-tengah situasi umat muslim yang dihadapkan pada isu-isu kemanusiaan yang menimpa warga Gaza dan rakyat Palestina.Jumlah korban jiwanya bahkan sudah mencapai lebih 37.000 akibat kekejaman genosida Zionis Israel yang sangat brutal.

Mohon dengan sangat hormat kepada para tokoh muslim di Indonesia, termasuk para ustadz yang memiliki kanal YouTube, untuk kembali membangun semangat dalam membela dan melakukan aksi kemanusiaan bagi rakyat Palestina yang semakin terdesak dan menderita.

Selain berpartisipasi dalam aksi nyata, kami juga mengajak warga Muhammadiyah untuk fokus kembali menggerakkan amal kebaikan dan memperbarui dinamika kemanusiaan.

Kembali membangun mencerahkan pemahaman sesuai penilaian yang benar serta memberdayakan kaum duafa agar dapat keluar dari jeratan kemiskinan intelektual dan material.

Terlebih, beberapa hari ini seluruh komunitas akademik dari perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah di seluruh Indonesia telah melakukan aksi keprihatinan terhadap situasi kemanusiaan di Palestina.

Komunitas akademik Muhammadiyah juga mendesak pemerintah Indonesia untuk terus aktif memberikan tekanan politik internasional untuk mengutuk keras tindakan Zionis Israel terhadap Palestina. Mereka juga berupaya menggalang dukungan dari negara-negara muslim lainnya.

Namun, dengan adanya tanggapan yang berbeda dan saling memojokkan, tampaknya isu-isu tersebut tidak diberikan perhatian yang cukup. Oleh karena itu, kepedulian terhadap kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina terabaikan oleh opini publik.

Terutama sekali di kalangan umat muslim Indonesia yang selama ini termasuk dalam kelompok yang paling masif dan aktif dalam menyuarakan keprihatinan atas kejahatan yang terjadi di Indonesia.

Sangat memilukan melihat tindakan penyerangan ke Raffah yang begitu dalam. Meskipun telah ditentang oleh berbagai negara, Zionis Israel tidak menghiraukannya.

Baca Juga:  Ahad Pagi Pencerah, Pengajian PCM Ujungberung Kota Bandung Bersama Zainal Ihsan

Dengan sombong dan congkaknya, mereka tetap melancarkan serangan. Hal ini terbukti dengan peluncuran rudal-rudal Zionis Israel yang menembus kota Raffah di perbatasan dengan Mesir.

Tidak ada lagi tempat berlindung dari serangan rudal dan bom Israel yang tak terbatas, kecuali dengan pertolongan Allah Ta’ala. Oleh karena itu, wajib bagi semua umat muslim di seluruh dunia untuk memohon doa dan dukungan dengan sungguh-sungguh agar kejahatan Zionis Israel segera dihentikan atas kehendak-Nya.

Tidak banyak harapan yang dapat dipancangkan pada negara-negara Arab yang menjadi sekutu Amerika Serikat. Mereka hanya bengong dan tidak mampu berbuat banyak. Saat pertemuan OKI atau Organisasi Kerja Sama Islam hanya mengeluarkan pernyataan sikap, sementara pembantaian terus berlanjut.

Ironis melihat kondisi Palestina saat ini, di mana masih ada ustadz yang mempersoalkan hal-hal yang justru memecah belah umat Islam, terutama umat Muslim Indonesia.

Dengan ego dan keakuan, mereka memperdebatkan makna hukum yang sebenarnya sudah dibahas berabad-abad yang lalu oleh para ulama.

Bermuhammadiyah tidak hanya tentang berorganisasi semata, tetapi juga menjalin ukhuwah islamiah dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermsayarakat secara luas tanpa batas wilayah.

Kehadiran Muhammadiyah selama lebih dari satu abad yang lalu bertujuan untuk menyelesaikan masalah umat yang masih terbelakang dalam kehidupannya serta berupaya membahagiakan setiap umat Islam di mana pun berada.

Wastiah adalah paham berislam di Muhammadiyah yang cukup jelas dan tegas, terbuka, elegan, dan egaliter yang telah membantu membangun bangsa, negara, serta masyarakat Indonesia yang sudah terbukti.

Namun, hal tersebut tidak berarti tidak ada kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, perlu ada penguatan kepada para kader keumatan dengan diberikan bekal yang cukup dalam hal keislaman yang berprinsip tarjih secara menyeluruh.

Termasuk dalam penguatan kurikulum Al-Islam di sekolah dan kampus milik Muhammadiyah. Tidak cukup itu, Al-Islam juga harus terus diperkuat dari segi nalar intelektual, sikap perilaku, hingga keterampilan mentransformasikan kepada peserta didik dan mahasiswa.

Referensi untuk hal ini telah termaktub dalam rumusan pedoman hidup Islami warga Muhammadiyah yang sudah dikenal oleh insan persyarikatan di Indonesia.

Sebagai bahan pertimbangan bagi umat muslim Indonesia, termasuk warga Muhammadiyah, penting untuk tidak terkecoh oleh isu-isu klasik yang sudah usang.

Saat ini, pusat pergerakan di Amerika Serikat, tepatnya di kampus Columbia University, telah menciptakan gelombang perhatian terhadap Palestina. Fenomena ini mengulangi sejarah masa lalu yang dimulai dari kampus yang sama pada 1968 saat perang AS-Vietnam mengubah peta politik internal mereka dan berdampak secara global.

Baca Juga:  Sampah dan Limbah: Berkah atau Masalah?

Tidak perlu menunggu lebih lama, umat muslim Indonesia harus terus mendorong agar dunia memusatkan perhatiannya pada Palestina.

Gerakan mahasiswa di AS dan negara-negara lainnya telah mengalami pengorbanan besar, dengan lebih dari 2.200 mahasiswa dan dosen ditangkap oleh aparat pemerintah dengan cara-cara represif.

Selain itu, survei yang dilakukan di kalangan milenial terdidik di AS menunjukkan bahwa sebanyak 65 persen dari mereka mengecam tindakan Zionis Israel terhadap Palestina (safinah.id). Perubahan fenomena ini akan mengganggu stabilitas global yang dipimpin oleh AS, atau dengan kata lain, “senjata makan tuan” bagi negaranya sendiri.

Pelajaran berharga saat ini, di mana kita diuji untuk melihat situasi masyarakat dunia yang tidak menggembirakan. Keberpihakan bangsa dan negara terhadap kemanusiaan semakin berkurang.

Tidak hanya karena kerusakan iklim yang merusak habitat makhluk hidup, termasuk manusia, yang tidak terlihat secara visual. Namun, juga karena kejahatan yang dilakukan secara materi dalam bentuk pembantaian atau genosida di Palestina.

Mata dunia terlihat menutup rapat-rapat. Mereka jauh dari rasa solidaritas sebagai sesama suku, ras, dan bangsa. Bahkan dalam satu agama pun tampaknya tidak peduli dan tidak memiliki kepekaan.

Muhammadiyah dan warganya harus sepakat dan tampil secara penuh untuk menjadi pelopor dalam memperjuangkan tingkat dunia internasional untuk mengangkat panji pembelaan terhadap Palestina di forum-forum masyarakat dunia.

Tujuannya adalah agar segera menghentikan secara paksa dari Zionis Israel yang terus menyerang Palestina dengan kebijakan apa pun yang mereka buat.

Tidak ada alasan bagi warga Muhammadiyah dan institusinya untuk menolak aksi nyata keprihatinan dan solidaritas kemanusiaan yang berlangsung di seluruh dunia.

Kita berharap bisa menjadi pemicu saat melakukan aksi serentak untuk membela Palestina dari kampus-kampus Muhammadiyah, dan melihat sejauh mana respons dari kampus-kampus lainnya.

Sekali lagi, tidak hanya warga Muhammadiyah. Namun, seluruh umat muslim harus terus menghasilkan opini sekuat dan sebanyak mungkin untuk memunculkan isu pembelaan terhadap warga Palestina sehingga dapat direspons oleh seluruh warga dunia. Wallahu’alam.

*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar

PMB Uhamka