UMBandung
Sainstek

Pentingnya Menghadap Kiblat Menggunakan Ilmu dan Teknologi

×

Pentingnya Menghadap Kiblat Menggunakan Ilmu dan Teknologi

Sebarkan artikel ini
Foto: Youtube PW Aisyiyah Jabar

BANDUNGMU.COM — Menghadap kiblat yaitu Ka’bah merupakan salah satu syarat sah salat. Tidak sempurna salat seorang muslim bila tidak menghadap kiblat. Hal tersebut termaktub dalam QS. Al Baqarah ayat 149-150. Menghadap arah kiblat merupakan hal yang sangat urgen bagi pelaksanaan ibadah umat Islam, sebagaimana kesepakatan para ulama.

Anisah Budiwati, ahli Falak Aisyiyah, menuturkan bahwa penentuan arah kiblat meniscayakan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun, masih banyak tempat ibadah baik masjid maupun musala yang menyimpang atau tidak menghadap Ka’bah secara benar. Selisih penyimpangan 1 derajat di daerah khaltulistiwa saja menimbulkan 111 km menyimpang atau menjauhi dari titik Ka’bah.

Baca Juga:  Menjadi Event Partner PANDI, Qwords Juga Turut Gelar Booth dan Product Showcase Domain.id

“1 derajat di daerah khaltulistiwa saja akan menyimpang sejauh 111 km dari titik Ka’bah. Mau ke kanan atau kiri atau utara atau selatan, karena konteks kita di sebelah timur, maka kita tidak langsung menghadap ke arah Barat,” terang dosen Universitas Islam Indonesia ini, dalam kajian yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat, dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Kamis (26/08/2021).

Bumi yang berbentuk bulat mengharuskan umat Muslim menghadap sesuai dengan posisi geografisnya masing-masing. Dalam konteks Indonesia, kalau arah kiblat lurus menghadap ke Barat maka akan melewati Somalia di Benua Afrika dan tidak akan pernah sampai ke titik Ka’bah. Kalau dihitung dari titik Barat, maka besarannya sekitar 20 sampai 26 derajat ke arah kanan atau bisa sangat bervariasi.

Baca Juga:  Mudik Lebaran Aman dan Lancar, Muhammadiyah Apresiasi Kepolisian

“Misalnya kita sudah tahu titik Barat di mana, maka kiblat kita di Indonesia dari Aceh sampai Merauke itu kira-kira antara 20 sampai 26 derajat. Ini bervariasi, ada yang 27 derajat juga. Di Yogyakarta sekitar 24 derajat dari titik Barat,” terang Anisah.

Anisah menerangkan bahwa pada saat ini metode yang sering digunakan dalam pengukuran arah kiblat ada macam-macam seperti memanfaatkan bayang-bayang kiblat, memanfaatkan arah utara geografis (true north), dan mengamati ketika matahari tepat berada di atas Kakbah.

Baca Juga:  Ghufron Mustaqim Dorong Kader Muhammadiyah Kuasai Perekonomian Nasional

Namun jika ingin melalui proses perhitungan arah kiblat, maka dibutuhkan data antara lain: lintang tempat (φ), bujur tempat (λ), lintang Ka’bah (φk) dan bujur Kakbah (λk). Untuk lintang dan bujur tempat telah tersedia. Hanya saja daftar tersebut perlu diverifikasi dengan alat kontemporer. (Muhammadiyah.or.id).

PMB Uhamka