Oleh: Ismarwati, Anggota Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Pusat Aisyiyah
BANDUNGMU.COM — Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling besar perannya bagi kesejahteraan dan kelestarian anggota-anggotanya, terutama anak-anak.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang terpenting bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak. Keluarga merupakan wadah tempat bimbingan dan latihan anak selama kehidupan mereka.
Diharapkan dari keluarga seseorang dapat menempuh kehidupannya dengan matang dan dewasa dan penuh mawaddah wa rahmah.
Mendidik anak merupakan tugas mulia yang diamanahkan kepada orang tua agar menjadi saleh dan tidak terjerumus dalam lembah kesesatan. Seperti Firman Allah SWT dalam QS At-Tahrim: 6:
“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; menjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Pengaruh ibu terhadap anak
Dalam pendidikan anak, pengaruh yang paling besar adalah ibu meskipun peran bapak tidak dapat diabaikan begitu saja. Ibu memainkan peran yang penting di dalam mendidik anak-anaknya sejak dari bayi sampai dewasa.
Di era modernisasi seperti saat ini perempuan sebagai ibu dapat melakukan pekerjaan apa pun di masyarakat selama ia membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya.
Namun, seorang ibu harus dapat membagi waktu dan mengutamakan keluarganya apabila dirinya berkiprah di luar rumah dan ini bukan sesuatu yang mudah.
Dalam perkembangan anak, proses identifikasi sudah mulai bisa dilakukan ketika si anak berusia 3–5 tahun. Selanjutnya anak cenderung menjadikan ibu yang merupakan orang yang dapat memenuhi segala kebutuhannya maupun orang yang paling dekat dengan dirinya sebagai figur, contoh, teladan bagi sikap maupun perilakunya.
Anak akan mengambil, kemudian memiliki nilai-nilai, sikap maupun perilaku ibu. Dari sini jelas bahwa perkembangan kepribadian anak bermula dari keluarga dengan cara anak mengambil nilai-nilai yang ditanamkan orang tua, baik secara sadar maupun tidak. Dalam hal ini hendaknya orang tua harus menjadi contoh yang positif bagi anak-anaknya.
Orang tua pusat teladan anak
Anak akan mengambil nilai-nilai, sikap maupun perilaku orang tua, tidak hanya apa yang secara sadar diberikan pada anaknya, misal melalui nasihat, tetapi dari perilaku orang tua yang tidak disadari.
Kadang-kadang orang tua menasihati anaknya, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Hal ini akan mengakibatkan anak tidak sepenuhnya mengambil nilai norma yang ditanamkan.
Jadi, untuk melakukan peran sebagai suri teladan, ibu sendiri harus sudah memiliki nilai-nilai itu sebagai milik pribadinya yang tercermin dalam sikap dan perilakunya.
Hal ini penting artinya bagi proses belajar anak-anak dalam usaha untuk menyerap apa yang ditanamkan. Ibu tidak hanya bisa menyuruh dan interupsi terhadap anaknya, tetapi mengajak langsung apa yang terbaik.
Sosok ibu dituntut untuk terus meningkatkan kualitas dirinya dengan memperkaya sebanyak mungkin ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai modal awal dalam rangka keberhasilannya sebagai pemberi motivasi dalam mengantarkan kelangsungan hidup anak yang cerdas serta sukses.
Kunci keberhasilan seorang anak di kehidupannya sangat bergantung pada peran ibu dalam memotivasi dan mendorong agar dapat mencapai cita-citanya.
Sikap ibu yang penuh dengan kasih sayang, memberi kesempatan pada anak untuk memperkaya pengalaman, menerima, menghargai, dan menjadi teladan yang positif bagi anaknya, akan besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak.
Jadi, dapat dikatakan bagaimana gambaran anak akan dirinya ditentukan oleh interaksi yang dilakukan ibu dengan anak.
Interaksi yang dapat dilakukan dengan komunikasi timbal balik antara ibu dan anaknya yang bil mauidzah al-hasanah. Konsep diri anak akan dirinya positif, bila ibu dapat menerima anak sebagaimana adanya sehingga mengerti kekurangan ataupun kelebihannya.
Kemampuan seorang anak untuk mengerti kekurangan ataupun kelebihannya merupakan dasar bagi keseimbangan mentalnya.
Jadi dengan mengenali dan memahami kekurangan dan kelebihan anak, seorang ibu justru dapat lebih mudah guna mengarahkan dan membina apa yang menjadi bakat serta cita-cita anak itu sendiri.
Dengan demikian, strategi memotivasi anak dalam melangsungkan hidupnya hendaklah dilakukan kasus per kasus. Tidak dapat digeneralisasi atau disamaratakan.***
___
Sumber: muhammadiyah.or.id
Editor: FA