BANDUNGMU.COM — Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fahmi Salim mengatakan bahwa nilai-nilai tauhid merupakan pondasi paling dasar dalam membangun masyarakat yang tangguh.
Sebagaimana gedung pencakar langit yang menjulang tinggi ke angkasa membutuhkan fondasi yang kokoh, tauhid juga harus menjadi pondasi agar bangunan keislaman tidak mudah goyah diterpa berbagai rintangan.
“Pertama yang dibenahi oleh Allah untuk memperbaiki manusia di muka bumi ialah memperbaiki akidahnya, tauhidnya. Untuk menuju masyarakat yang adil, masyarakat yang adil, masyarakat yang berkemajuan, itu harus punya landasan kekuatan iman dan akidah terlebih dahulu,” ujar Fahmi Salim, dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Senin (31/01/2022) pagi.
Jika fondasi keislaman seseorang tidak benar dan rapuh, keislamannya pun tidak kuat dan tidak akan bertahan lama. Apalagi jika fondasi tauhid sebagai landasan utama dikorupsi dengan praktek syirik, maka seketika itu juga runtuh seluruh bangunan keislaman.
Hal ini menujukkan bahwa fondasi keislaman adalah hal yang sangat penting bagi siapa saja yang ingin menjadi seorang muslim yang benar di mata Allah.
“Korupsi akidah atau kriminalitas akidah di dalam Al-Quran itu menempati urutan pertama. Perbuatan syirik kepada Allah adalah kezaliman yang sangat besar, tidak akan diampuni Allah. Musyrik ini akan merusak sendi-sendi kehidupan,” kata dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta ini.
Hal inilah mengapa sepanjang sejarah umat manusia, Allah mengutus para nabi dan rasul untuk mengajarkan tauhid. Sebab meninggal dunia dalam keadaan musyrik, tidak akan selamat dan merugi selamanya di akhirat (QS Al-Kahfi: 110).
“Makanya nabi-nabi diutus untuk menjadi pembimbing, menjadi pencerah. Kenapa KH Ahmad Dahlan disebut Sang Pencerah? Karena melanjutkan visi dan misi dakwah para nabi dan rasul. Karena nabi-nabi dan rasul ini memberikan petunjuk,” katanya.
Dalam kaitannya antara tauhid dan membangun masyarakat yang tangguh, akan mempersepsikan dalam dirinya bahwa musibah merupakan cara Allah agar manusia kembali pada kebenaran (QS Al-A’raf: 168).
Bencana yang menimpa manusia bukan semata-mata bentuk amarah Allah kepada ras manusia tertentu. Sebaliknya bencana merupakan bentuk kebaikan dan kasih sayang (rahmah) Allah kepada manusia.***