BANDUNGMU.COM — Tampaknya kita sebagai bangsa perlu sedikit menengok bagaimana penyelenggaraan haji di Indonesia sejak sebelum merdeka dan pada awal-awal republik ini berdiri.
Salah satu fakta menarik yang harus diketahui bahwa Muhammadiyah berkontribusi dalam suksesnya ibadah haji orang Indonesia di tanah suci. Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini menjadi perintis penyelenggaraan haji di Indonesia.
Sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah telah mendirikan Bagian Penolong Haji yang dipimpin oleh KH Sudjak. Kongres Muhammadiyah ke-17 di Minangkabau pada 1930 merekomendasikan untuk membangun pelayaran sendiri bagi jamaah haji Indonesia.
Pada 1951, penguasa Orde Lama menghentikan keterlibatan pihak swasta dalam penyelenggaraan ibadah haji dan mengambil alih seluruh penyelenggaraan haji oleh pemerintah. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal dari Direktorat Urusan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia.
Menurut Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Tasikmalaya, Syarif Hidayat, latar belakang Muhammadiyah mendirikan Lembaga Haji Muhammadiyah ialah karena banyaknya ketidaksesuaian antara manasik haji dan Sunnah Nabi.
Padahal dalam beberapa hadis ditegaskan bahwa manasik haji itu harus seperti apa-apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Pasalnya, pelaksanaan haji merupakan ibadah mahdah yang bersifat ta’abbudi.
“Kita ini diperintahkan agar mengikuti beliau (Rasulullah SAW) dalam prosesi haji. Jadi, manasik itu harus apa-apa yang dicontohkan beliau,” tutur Syarif dalam Gerakan Subuh Mengaji yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat, Senin (13/06/2022) lalu.
Menurut Syarif Hidayat, kajian manasik haji yang sesuai dengan sunah, titik beratnya pada Miqat dan Sai. Miqat makani adalah batas yang menunjukkan tempat dimulainya seluruh rangkaian ibadah haji.
Sementara Sai adalah berbolak-balik sebanyak tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah demi melaksanakan perintah Allah (dalam umrah ataupun haji).***
_______________________
Sumber: muhammadiyah.or.id
Editor: Feri A
