BANDUNGMU.COM – Tiga pelaku dari dua aksi terorisme di Makassar dan Mabes Polri masih berusia muda banget. Hal ini bikin banyak orang nganggap jika generasi milenial gampang terpapar terorisme.
Kasus terorisme berupa bom di Makassar pada Minggu (28/3/2021), kemudian penyerangan Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021) menarik perhatian masyarakat. Pasalnya, pelaku penyerangan masih berusia muda. Apakah hal ini menandakan bahwa kaum milenial gampang terpapar terorisme?
Kedua pelaku bom bunuh diri di Makassar masih berusia 26 tahun dan baru saja menikah. Sementara itu, pelaku penyerangan di Mabes Polri baru 25 tahun. Hal ini tentu menjadi perhatian Badan Intelijen Negara (BIN).
Dilansir dari laman inibaru.id, menurut Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto, generasi milenial Indonesia memang rentan terpapar radikalisme. Herannya lagi, paparan ini justru bermuara dari media sosial.
“Rentang kendali biasanya 17-24 tahun, ini yang menjadi target utama,” terang Wawan dalam webinar bertajuk “Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk melahirkan Keharmonisan Sosial.”
Bikin khawatir lagi, Wawan menyebut 80 persen generasi milenial ternyata rentan terpapar paham radikalisme. Dia menyebut orang-orang dari generasi ini mudah menelan mentah-mentah informasi dan nggak melakukan pengecekan ulang.
“Sikap intoleran ini biasanya muncul kepada generasi yang tidak kritis dalam berpikir,” lanjut Wawan.
Sasaran penyebar paham radikalisme kini bergeser ke generasi muda karena di usia tersebut. Banyak orang yang masih mencari jati diri dan eksistensi. Jika disuapi dengan paham radikal plus narasi heroisme, ditambah mudahnya akses internet dan adanya waktu luang untuk mengaksesnya, maka mereka pun akan mudah mengikuti paham radikalisme.
Mencegah Anak Muda Terpapar Terorisme dan Radikalisme
Pakar teknologi pikiran, dr Adi W. Gunawan CCH dari Surabaya menuturkan ada sejumlah cara agar anak muda nggak mudah terpapar terorisme dan radikalisme. Contohnya, keluarga dan rekan-rekan harus waspada jika seseorang mengagumi sosok tertentu yang memiiki ideologi berbahaya.
Menurutnya, peran keluarga sangat penting untuk membentengi anak muda agar nggak mudah terpapar. Terlebih mereka yang masih di usia remaja yang masih membutuhan bimbingan dan perhatian.
Jika nggak mendapatkan perhatian yang cukup, para remaja ini akan mencari perhatian dari dunia luar dan bisa jadi berasal dari orang-orang yang memang menyebarkan paham radikalisme dan terorisme.
Selain itu, kini keluarga juga harus mengawasi anak muda ketika menggunakan media sosial agar nggak mudah terpapar terorisme, radikalisme, dan hal-hal negatif lainnya.
Meski kaum milenial gampang terpapar terorisme, kita tetap bisa mencegahnya, kok!. Yuk, mulai perhatikan orang-orang di sekitar kita.