UMBandung
Edukasi

4 Fenomena Psikologis di Tengah Pandemi, Kamu Alami yang Mana?

×

4 Fenomena Psikologis di Tengah Pandemi, Kamu Alami yang Mana?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi. Foto: Unsplash.

BANDUNGMU.COM – Pandemi Covid-19 di Indonesia masih berlangsung. Sudah satu setengah tahun lamanya virus asal Wuhan itu muncul di Indonesia.

Berbagai dampak di tiap lini pun timbul karena penyebaran Covid-19 yang makin sini makin cepat, terlebih dengan adanya varian baru, yaitu varian Delta.

Pakar Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran (Unpad), Irvan Afriandi mengungkapkan, setidaknya terdapat empat fenomena yang kini menjadi kondisi psikologis masyarakat di tengah lonjakan pesat pandemi Covid-19 ini.

1. Kebosanan

Irvan mengatakan, masyarakat mengalami kebosanan di tengah pandemi ini dikarenakan adanya keinginan untuk kembali ke masa yang lalu.

“Artinya, mungkin belum bisa move on,” katanya.

Kebosanan ini juga, kata Irvan, disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang belum menemukan titik berkakhirnya. Padahal menurut Irvan, masih berlangsungnya Covid-19 ini juga dikarenakan oleh efektivitas penanganan Covid-19 yang selama ini belum bisa terwujud.

Baca Juga:  Waspada! Antapani Masih Jadi Kecamatan Tertinggi Kasus Aktif Covid-19 di Kota Bandung

“Jadi upaya tidak efektif, maka (akkibatnya) ini (Covid-19) berkepanjangan terjadi,” ujarnya.

2. Stigma

Stigma ini bisa terlihat dari seseorang yang mengaku terkonfirmasi positif Covid-19. Irvan mengatakan, seseorang tersebut akan dianggap sebagai malapetaka bagi masyarakat.

Namun, dengan situasi penularan Covid-19 yang tak kasat mata ini, menurut Irvan, semua orang mempunyai potensi yang sama untuk tertular dan menularkan.

“Sehingga timbul kesan, kalau orang itu terinfeksi (Covid-19) dia merasa, dia bisa disalahkan oleh masyarakat, sehingga ia akan mencoba menutup (diri) karena dianggap sebagai sumber masalah,” katanya.

Baca Juga:  Tips Menjadi Pembaca Buku Yang Andal

“Padahal sebetulnya saat ini semua berpotensi (menularkan dan tertular). Jika kejadian ini yang terjadi, nampaknya stigma ini harusnya terkikis,” paparnya.

3. Kekhawatiran

Kondisi kekhawatiran ini menurut Irvan, adanya perasaan seseorang dapat terpapar oleh Covid-19. Hal itulah yang membuat kekhawatiran seseorang dalam setiap langkah di luar kediamannya ketika ia tahu situasi masih pandemi.

Irvan menambahkan, ada pula bentuk fobi karena mengalami trauma dari situasi-situasi tertentu yang dialami oleh orang-orang terdekat.

“Jadi misalnya takut ke kantor, karena ia tahu di kantornya banyak yang kena (Covid-19) misalnya.

4. Frustasi

Rasa frustasi ini dikarenakan berbagai upaya dilakukan oleh individu, kelompok, dan bahkan Pemerintah untuk menangani Covid-19 ini, tapi tak ada satupun yang berhasil.

Baca Juga:  Ini 4 Tanggung Jawab UM Bandung Pasca Muktamar, Apa Saja?

Kondisi frustasi ini, kata Irvan, seringkali diekspresikan dengan meluapkan kemarahan baik itu kemarahan bersifat personal maupaun publik.

Irvan menyontohkan, kondisi susahnya pasokan oksigen juga dapat memperparah keadaan psikologis masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Apalagi ditambah dengan fakta bahwa rumah sakit pun mengalami kesulitan oksigen sehingga masalahnya semakin meluas.

“Kemarahan publik, seperti ketidaktegasan pengambilan keputusan, seolah-olah terjadi pembiaran,” katanya.

Menurutnya, keempat kondisi psikologis masyarakat di tengah pandemi Covid-19 ini, merupakan suatu yang berkelindan dan bersatu dengan persoalan abainya masyarakat terhadap prokes 5M, varian Delta dan tidak maksimalnya perwujudan dari 3T.

Sumber: Ayobandung.com

PMB UM Bandung