UMBandung
Opini

Idul Adha, Menebar Kebaikan dan Proses Edukasi pada Generasi

×

Idul Adha, Menebar Kebaikan dan Proses Edukasi pada Generasi

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

BANDUNGMU.COM Takbir menggema menyambut hari besar dan agung, kalimah thoyyibah dilantunkan dengan suara khas nan merdu.

Gelombang suara suara takbir masuk dalam relung qolbu dan menusuk jantung. Tidak ada yang Mahagagah dan Mahaperkasa kecuali Allah SWT.

Takbir bersahutan memberi tanda dan informasi bahwa hari ini adalah hari mulia penuh berkah dan rahmah. Keajaiban nilai ibadah masa kenabian Ibrahim dan Ismail menetes dan terwariskan hingga saat ini semata-mata kehendak Allah yang Mahakuasa.

Siapa pun makhluk di muka bumi ini yang membangkang kehendak-Nya, maka akan mendapatkan konsekuensi yang setimpal. Nabiyullah Muhammad SAW pun memperkuat ajaran nabiyullah Ibrahim AS.

Ketika umat Islam merasakan nikmat yang sangat banyak, bentuk syukurnya harus menghamba kepada Allah SWT dan berkurban semata lillahita’ala.

Ada added value dalam momentum Idul Adha, dimana selain saling mengingatkan penghambaan kepada Allah secara vertikal, juga pada waktu yang sama ada kesempatan untuk saling berbagi sesama manusia secara horizontal.

Tebar kebaikan harus berbanding lurus dengan tebar ketulusan, serta tebar daging qurban harus berbanding lurus dengan tebar sesuai sasaran.

Baca Juga:  Green Iduladha, Seruan Perayaan Iduladha Ramah Lingkungan

Aliran darah dari sembelihan hewan qurban dan lezatnya sate, soto, dan sop daging qurban tidak ada maknanya sama sekali dan hanya berhenti dalam visual inderawi jika hakikat qurban tidak dipahami dengan baik.

Sejatinya Idul Adha atau Idul Qurban lebih mengarah terhadap nilai kedekatan jiwa dan raga kepada Allah yang Mahakuasa akan semua titipan-Nya. Bukan kebaikan dalam diri seseorang yang berqurban, melainkan kebaikan Allah yang telah menitipkan pada hamba-Nya.

Justru harusnya sadar, amanah tersebut menjadi bagian dari kemampuan untuk menguji diri, apakah mampu menjaga amanah-Nya atau sebaliknya. Insyaallah dengan asma Allah yang Maharahman dan Maharahim akan tetap terlindungi dari sifat sombong dan takabur.

Momentum Idul Adha menjadi tren positif karena pasca shalat ied dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban untuk dibagikan pada warga sekitar dan warga yang membutuhkan.

Namun, harus diakui bahwa masih banyak catatan dalam ritual penyembelihan hewan qurban yang seharusnya menjadi proses edukasi bagi masyarakat khususnya anak-anak, generasi muda dan masyarakat yang masih awam. Justru yang tampak seakan-akan penyembelihan hewan kurban terkesan sebuah entertainment.

Baca Juga:  Bacaan Takbir Idul Adha Yang Sesuai Dengan Dalil

Ada substansial yang harus dijadikan perhatian oleh pihak masyarakat bahwa dalam proses penyembelihan hewan qurban harus benar-benar sesuai dengan standardisasi.

Pertama, hewan qurban tersertifikasi sehat dan layak. Kedua, penyembelih tersertifikasi juru sembelih halal. Ketiga, lokasi penyembelihan bebas bau amis pasca penyembelihan hewan qurban. Keempat, memberikan edukasi pada anak-anak proses ibadah qurban secara praktis, mulai dari shalat berjamaah ied, persiapan penyembelihan hewan, proses penyembelihan, dan pembagian daging kepada yang berhak.

Nilai lebih pada proses ibadah qurban yakni menjadi momen yang tepat untuk dijadikan pelajaran (ibrah) atau hikmah pada setiap generasi.

Mulai dari mempersiapkan pelaksanaan shalat ied, penyembelihan hewan qurban, dan pembagian daging qurban pada masyarakat secara tidak langsung telah membangun solidaritas dan kepekaan diri untuk saling membantu dan peka pada sesama.

Namun ada catatan bagi para alim ulama, ustadz, dan cendekiawan muslim, bahwasannya proses ibadah qurban harus ada penelitian yang berkaitan dengan indikator ketercapaian nilai ibadah terhadap peningkatan produktivitas ibadah yang dapat dirasakan dalam jangka panjang atau bersifat strategis.

Ibadah qurban jangan jadikan hanya sekadar menyembelih hewan dan kemudian memakan dagingnya yang akan habis sesaat.

Baca Juga:  Pelaksanaan Salat Idul Adha 1444 H di UM Bandung Berjalan Tertib dan Lancar

Karena sependek yang dapat dipahami, secara kuantitas jumlah muqarib (yang berqurban) cenderung meningkat setiap tahun. Dari jumlah hewan qurban jika dikonversi pada uang dengan asumsi setiap muqorib 2,5 juta – 3 juta rupiah dikalikan jumlah muqarib sangat memungkinkan menyentuh pada angka triliunan rupiah.

Jika dihitung dengan ilmu matematika, angka triliunan rupiah setiap tahun dapat dibuat skema dan konsep yang mendekati pada nilai ibadah produktif. Ambil contoh di blok atau RW tempat tinggal ada 7 sapi dan 15 kambing/domba yang dikonversi uang menyentuh angka 180-200 juta.

Seandainya untuk pembangunan sumber daya manusia bisa melahirkan 10 generasi fiisabilillah. Namun tidak demikian, ibadah qurban sudah menjadi ketentuan ta’abudi yang sakral sehingga sulit dikonversi menjadi bentuk ibadah lain.

Kecuali ada kesepahaman dan kesepakatan seluruh ulama untuk berijtihad terkait hal tersebut. Minimal dari total jumlah yang ada dapat dikonversi 10 persennya saja bisa menjadi solusi pembangunan manusia fiisabillah yang lebih strategis.

Mungkin ini sebuah hayalan dungu, tapi juga menjadi mimpi yang menginspirasi. Selamat hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah.***

Seedbacklink