BANDUNGMU.COM, Bandung — Telah menjadi kebijakan Prof Dr H Mahmud MSi, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, memberikan apresiasi kepada mahasiswa dengan publikasi ilmiah paling produktif. Apresiasi ini biasanya diberikan dalam bentuk penghargaan pada acara Dies Natalis.
Publikasi ilmiah adalah terbitan artikel di jurnal ilmiah. Bagi mahasiswa jenjang sarjana, publikasi ilmiah merupakan pencapaian yang berat.
Pernyataan ini dikemukakan oleh Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr Wahyudin Darmalaksana MAg.
Disebut berat karena mahasiswa harus mengupayakan artikelnya terbit di jurnal ilmiah peringkat tertentu. Jurnal ilmiah nasional terbagi dua, yaitu jurnal nasional dan jurnal terakreditasi nasional.
Jurnal yang disebutkan terakhir terbagi enam menurut indeks Sinta (Science and Technology Index).
Apa saja? Yaitu Sinta 1, Sinta 2, Sinta 3, Sinta 4, Sinta 5, dan Sinta 6. Selain itu, ada juga jurnal internsional reputasi global dan himpunan prosiding.
“Artikel mahasiswa bisa terbit di jurnal nasional sudah merupakan prestasi hebat. Terlebih terbit di jurnal terakreditasi nasional, maka hal itu prestasi luar biasa. Terlebih lagi tembus Sinta 2, maka hal itu sangat langka,” papar Dekan pada Rabu (10/05/2023).
Sejak 2020 sampai 10 Mei 2023 tercapai 941 publikasi ilmiah mahasiswa di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sebarannya adalah jurnal nasional 256 artikel, jurnal Sinta 2 sebanyak 3 artikel, jurnal Sinta 3 sebanyak 29 artikel, jurnal Sinta 4 sebanyak 22 artikel, dan jurnal Sinta 5 sebanyak 24 artikel.
Sebanyak 606 artikel terbit dalam himpunan prosiding. Bahkan, 1 artikel tembus di jurnal internasional reputasi global index Scopus yang merupakan hasil kemitraan dosen dan mahasiswa.
“Tentu merupakan pekerjaan yang berat bila artikel mahasiswa tembus di jurnal tertentu. Sebab, mahasiswa mesti menyiapkan artikel standar menurut ketentuan jurnal ilmiah. Termasuk di dalamnya memahami prosedur dan struktur penulisan artikel ilmiah serta praktik penggunaan manajemen pengutipan semisal Mendeley,” lanjut Yudi.
Tidak sampai di situ, kata Yudi–sapaan akrab Dr Wahyudin Darmalaksana MAg–mahasiswa juga harus melakukan korespondensi dengan editor jurnal berbasis open system.
Korespondensi di antaranya pengiriman artikel (submission), pelaksanaan revisi artikel hasil tinjauan reviewer, dan upload ulang hasil penyempurnaan.
“Teranglah bahwa publikasi ilmiah khusus bagi mahasiswa jenjang sarjana merupakan capaian yang berat. Juga biasanya proses tinjauan oleh reviewer menempuh waktu yang cukup panjang untuk mengasilkan kedalaman,” lanjut Yudi lagi.
Karena merupakan capaian yang berat, publikasi artikel mahasiswa di jurnal ilmiah layak mendapat apresiasi. Apresiasi ini telah berlangsung melalui kebijakan Rektor di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
“Mahasiswa yang artikelnya terbit di jurnal ilmiah layak diapresiasi. Ini menjadi pemantik terciptanya kultur akademik yang baik,” pungkas dekan yang sekaligus Founder Kelas Menulis di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.***