BANDUNGMU.COM, Bandung – Badan Takmir Masjid (BTM) Raya Mujahidin Bandung dan Lazismu Jawa Barat mengadakan pengajian menjelang Idul Adha pada Minggu (26/05/2024). Pengajian ini berlangsung di Masjid Raya Mujahidin, Jalan Sancang Nomor 06, Kota Bandung, mulai pukul 08.30 WIB sampai jelang Zuhur.
Tema yang diangkat dalam pengajian ini adalah “Semangat Kurban, Semangat Berbagi Kepada Sesama.” Dalam pengajian ini hadir Aan Sopiyan selaku Ketua Departemen Marketing Lazismu Jawa Barat, Usep Supriatna selaku Ketua Majelis Tablig PWM Jabar, dan Dokter Dwiwahju Dian Indahwati.
Aan menerangkan tentang Lazismu Jabar yang sudah melakukan inovasi baru dalam kurban tahun ini. Pembaruan tersebut adalah adanya kurban kemasan berbentuk rendang atau “RendangMu.” Sementara itu, Usep Supriatna menyampaikan tentang apa itu kurban dan hikmah berkurban bagi umat Islam yang melaksanakannya. Adapun Dwiwahju Dian Indahwati menjelaskan bahaya stunting.
Implementasi ketakwaan
Usep Supriatna menerangkan bahwa kurban berkaitan erat dengan surah Al-Hajj ayat 32 tentang mensyiarkan perintah Allah SWT. “Syiar Allah ini maksudnya perintah Allah. Melaksanakan kurban adalah melaksanakan syiar Allah,” katanya.
Di samping sebagai ibadah sosial kepada sesama, Usep menjelaskan bahwa melaksanakan kurban menjadi perwujudan nyata ketakwaan orang-orang yang beriman.
“Kurban merupakan implementasi ketakwaan dan kesungguhan menjalankan perintah Allah. Berkurban tiga sampai empat juta tentu berat kalau ukurannya hawa nafsu. Namun, kalau ukurannya adalah hati yang di situ sudah ada nilai ketakwaan, kurban akan terasa ringan,” terangnya.
Bukan sekadar ritual menyembelih dan membagikan kurban kepada orang-orang yang membutuhkan, kata Usep, lewat berkurban seseorang akan semakin dekat pada Allah SWT. “Kurban itu secara bahasa artinya mendekatkan diri. Oleh karena itu, orang yang berkurban adalah orang yang mendekatkan diri kepada Allah,” ucapnya.
Bahaya stunting
Pada waktu yang sama, Dwiwahju Dian atau biasa dipanggil Dokter Dian menjelaskan tentang apa itu stunting dan bagaimana bahayanya. Kata Dokter Dian, stunting di Indonesia angkanya sangat tinggi yakni di angka 9 juta.
Angka kasus stunting yang besar seperti itu, kata Dokter Dian, tentu sangat memprihatinkan karena itu artinya generasi penerus bangsa dalam keadaan masih lemah. Padahal dalam QS An-Nisa ayat 9 dijelaskan bahwa seorang muslim harus takut jika harus meninggalkan di belakang mereka anak-anak atau generasi yang lemah.
Untuk terhindar dari kondisi lemah akibat stunting, Dokter Dian mengatakan bahwa seribu hari pertama anak akan menjadi momen krusial bagi perkembangan anak tersebut. “Seribu hari pertama kehidupan anak menjadi momen menentukan mencegah anak stunting. Jika terbentuk baik, maka terus ke sananya pun akan baik dan mudah berkembang. Namun, kalau tidak, maka anak akan sulit berkembang,” katanya.
Oleh karena itu, Dokter Dian menegaskan bahwa berkurban bisa menjadi peluang untuk saling berbagi gizi, terutama bagi mereka yang sedang kekurangan konsumsi daging, misalnya anak-anak yang tinggal di berbagai pelosok. “Di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) biasanya sangat sedikit orang yang berkurban, bahkan ada yang hanya satu,” terangnya.
Dengan saling berbagi daging kurban, tentu akan sangat membantu memenuhi kebutuhan konsumsi anak-akan Indonesia terhadap kandungan gizi yang terkandung dalam daging hewan.***(Aqbil)