PMB Uhamka
Opini

Iman, Ilmu, Amal, dan Ikhlas

×

Iman, Ilmu, Amal, dan Ikhlas

Sebarkan artikel ini

Oleh: Iu Rusliana, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat

BANDUNGMU.COM — “Manusia itu semuanya mati (mati perasaannya), kecuali para ulama, yaitu orang yang berilmu. Ulama itu pada kebingungan kecuali mereka yang beramal. Mereka yang beramal pun penuh kekhawatiran, kecuali yang ikhlas dan bersih hatinya.” (Pelajaran Pertama KH Ahmad Dahlan).

Agar tidak mati perasaan, jadikan ilmu sebagai modal keseharian semua kader, pengurus, dan anggota persyarikatan. Belajar itu tak pernah berujung, terus berkembang sejak dari buaian hingga masuk liang lahat kuburan.

Secara formal melalui tingkat pendidikan maupun secara informal mengkaji keilmuan. Demikianlah diingatkan oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.

Perluas ruang diskusi, jangan memperbanyak tempat bergunjing, menyebarkan hoaks, apalagi dengan iri dengki atau selalu merasa benar sendiri.

Baca Juga:  Menakar Potensi Kandidat Pilkada Jawa Barat: Siapa Yang Layak?

Terbuka pada kebenaran membutuhkan proses dan kesabaran. Mereka yang melakukannya akan diberikan petunjuk Tuhan. Sementara yang selalu merasa benar sendiri, menutup ruang dialog, akan tersesat juga pelan-pelan teman dan saudaranya menjauhi.

Ilmu merupakan perangkat yang wajib ada dalam melakukan suatu kebajikan. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah. Amal tanpa ilmu akan tertolak.

Dalam konsep manajemen, program tanpa perencanaan akan melahirkan kegagalan. Tidak ada perencanaan tanpa ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memberikan panduan bagaimana cara merencanakan.

Masalah apa yang akan dihadapi, tahapan prosesnya seperti apa, berapa banyak waktu, dan sumber daya insani yang diperlukan. Berapa jumlah biaya dan pihak mana yang dapat diajak berkolaborasi. Model, jenis, dan metode yang cocok dilakukan.

Baca Juga:  Lulusan Terbaik Ramadhan

Semua itu membutukan ilmu tentang pelaksanaan program. Terkonseptualisasikan dalam bentuk perencanaan.

Bahasa agamanya niat, dalam ilmu manajemen disebut perencanaan. Nama agamanya amal, disebut ilmu manajemen dengan istilah program. Semakin tinggi ilmu, jika tidak disertai amal adalah pengkhianatan. Ilmu pengetahuan harus berbanding lurus dengan amal kebaikan.

Pada ilmu ada tugas moral. Pada amal ada tugas keilmuan. Tentu saja, bingkai inti dari ilmu dan amal adalah iman. Jadi, perencaan dan program tak boleh lepas dari tujuan tertinggi, keimanan dan pengabdian kepada Allah Yang Maha Rahman.

Hanya saja, tidak cukup dengan ilmu dan amal, butuh keikhlasan. Bersihkan hati hanya untuk rida Tuhan. Tak ada motivasi terbesar selain menjadi hamba-Nya yang taat beriman.

Tujuan terbesarnya adalah kebaikan, kebenaran, dan kemanfaatan. Kepentingan organisasi, umat, dan kemanusiaan menjadi target utama. Bukan kepentingan pribadi, keluarga, apalagi kroni.

Baca Juga:  Lazismu Berikan Beasiswa Sarjana dan Magister untuk Mahasiswa Palestina di Indonesia

Kebaikan itu akan lebih baik dengan ikatan jamaah. Pada gerakaan jamaah (organisasi), melaksanakan amal kebajian akan jauh lebih baik dalam gengam amanah. Maka gunakan amanah (kekuasaan) untuk kemanfaatan. Memberikan berlipat ganda kebajikan.

Dalam format pimpinan, kolaborasi menjadi kunci. Semangat melayani organisasi menjadi dasar mengabdi. Kelola dinamika tanpa kepentingan pribadi.

Dengan demikian, bingkailah kekuasaan dengan iman, ilmu, amal, dan keikhlasan. Dengan begitu, bagi yang sedang menjalankan amanah akan memberi kekuatan lahir batin.

Terminimalisirnya ruang perebutan kekuasaan penuh kebencian dan kedengkian. Amanah akan terpelihara, memajukan, mencerahkan, memberdayakan. Memberi manfaat bagi bagi bangsa, umat dan persyarikatan.***

PMB Uhamka