UMBandung
Islampedia

Bolehkah Menambah Bacaan di Doa Sujud Terakhir? Ini Penjelasan Muhammadiyah

×

Bolehkah Menambah Bacaan di Doa Sujud Terakhir? Ini Penjelasan Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi sujud (Istockphoto)

BANDUNGMU.COM, Bandung — Salat merupakan ibadah mahdah. Pelaksanaannya harus dilakukan sesuai dengan yang dituntunkan Rasulullah SAW, baik mengenai gerakan-gerakannya maupun bacaan-bacaannya.

Dari Abu Qilabah (diriwayatkan) ia berkata, Malik berkata, kami mendatangi Nabi SAW, beliau bersabda, “… dan salatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihat aku salat…” (HR Bukhari).

Termasuk dalam hal ini adalah gerakan dan bacaan dalam sujud. Sujud merupakan salah satu rukun salat yang memiliki keistimewaan yakni untuk memperbanyak doa di dalamnya.

Dari Abu Hurairah (diriwayatkan) bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rab-nya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa.” (HR Muslim).

Melihat lafal sujud pada hadis di atas adalah lafal mutlak yang tidak dibatasi dengan salah satu sujud tertentu, maka dapat diartikan semua sujud di dalam salat termasuk juga sujud yang terakhir.

Dengan demikian memperbanyak doa dalam sujud dapat dilakukan pada setiap sujud di waktu salat.

Selanjutnya, tentang membaca doa selain bacaan ketika sujud pada lafal “maka perbanyaklah” (fa-aktsiru) di atas, mengandung arti mengulang-ulang bacaan doa sujud yang telah disyariatkan, bukan menambahkan dengan bacaan yang lain.

Baca Juga:  Menjauhi Praktek Perdukunan

Adapun doa-doa yang sering dibaca oleh Rasulullah SAW disebutkan dalam hadis sebagai berikut: سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّنَا وَ بِحَمْدِكَ اللّهُمَّ اغْفِرْلِي, boleh juga membaca سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى, atau سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَ الرُّوْحِ.

Namun, Rasulullah SAW selalu membaca yang pertama sesuai dengan hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

Menambah bacaan sujud

Membaca doa selain bacaan sujud tidak dipekenankan karena dalil-dalil di atas dan hadis sebagai berikut:

“Sesungguhnya salat ini tidak boleh ada di dalamnya sesuatu dari perkataan manusia. Sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir, dan bacaan Al-Quran.” (Ditakhrijkan oleh Muslim).

Pun demikian jika membaca doa sujud lalu menambah bacaan doa selain bacaan salat sehingga sujud terakhir menjadi lebih panjang, hal ini juga tidak diperkenankan.

Hal tersebut karena ada dalil yang menunjukkan bahwa lama waktu antara sujud satu dengan sujud yang lain dalam salat adalah hampir sama, sebagaimana riwayat sahabat Nabi SAW, Al-Bara, berikut:

Baca Juga:  Pelatihan Marbot Masjid Muhammadiyah, Menuju Masjid Makmur dan Memakmurkan

“Adalah salat Rasulullah SAW, rukuknya, iktidalnya, sujud-sujudnya, dan duduk di antara dua sujud itu (rentang waktunya) hampir sama (HR Muslim).

Ibn Baththal dalam kitab “Syarḥ Shaḥiḥ al-Bukhari li ibn Baththal” menyebutkan bahwa kisaran lama sujud dan rukuknya Nabi SAW berbeda ketika salat jamaah dengan salat sendiri.

Apabila salat jamaah maka kisaran waktu sujud dan rukuk relatif tidak terlalu lama. Sementara itu, apabila beliau sendiri, boleh memanjangkan rukuk dan sujud dengan mengulang-ulang bacaan rukuk dan sujud.

Adapun dalil yang secara khusus menyatakan bahwa Nabi SAW pernah memanjangkan sujud pada rakaat terakhir belum ditemukan.

Menambah bacaan doa sujud dalam hati

Menanggapi hal tersebut, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Aabidah Ummu Aziizah menilai bahwa menambah doa sujud walaupun dalam hati tidak diperkenankan.

Ibadah mahdah seperti salat begitu sensitif sehingga segala tuntunannya harus diselaraskan dengan Al-Quran dan Hadis.

Baca Juga:  Sehat Lahir dan Batin dengan Berpuasa

“Kata ‘fa-aktsiru’ dalam hadis tentang sujud itu, kan, bukan ‘menambah’, melainkan ‘memperbanyak’ dengan ‘mengulang-ulang’ bacaan sujud yang telah ada tuntunannya. Karena persoalan ibadah mahdah ini begitu sensitif, khawatir bila melakukan inovasi justru akan membatalkan salat kita,” ucap Aabidah seperti dikutip dari muhammadiyah.or.id.

Alumnus Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah ini menambahkan bahwa bila memiliki doa yang lebih spesifik dapat diucapkan di luar ibadah salat.

“Lebih baik kalau sekiranya ada doa yang lain, bisa disampaikan setelah salat atau di waktu-waktu khusus yang lain, seperti waktu di antara azan dan ikamat, selepas salat tahajud,” ucap Aabidah.

Selain itu, Aabidah juga menyampaikan agar segenap kaum muslimin memahami makna bacaan salat sehingga aktivitas salat menjadi lebih khusyuk.

“Kenapa kita harus tahu arti bacaan salat, ya salah satunya agar dirasakan oleh hati. Cuma karena enggak mengerti, akhirnya bacaan salat kita sebatas hafalan, bukan renungan,” tandas Aabidah.***

PMB Uhamka