PMB Uhamka
Islampedia

Cara Yasinan Orang Muhammadiyah

×

Cara Yasinan Orang Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Saad Ibrahim.

BANDUNGMU.COM, Pati — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Saad Ibrahim mengatakan bahwa meski tidak menampilkan secara simbolis kegiatan Yasinan, sebagaimana umat Islam lain di Indonesia lakukan, Muhammadiyah termasuk Aisyiyah ternyata melakukan kegiatan Yasinan.

“Muhammadiyah dan Aisyiyah itu juga Yasinan, tetapi pada umumnya tidak dari Yasin sampai kemudian ayat yang terakhir,” tutur Saad dalam acara Pengukuhan PDM/PDA Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Sabtu (10/06/2023).

“Kadang-kadang Yasinan itu cukup satu ayat itu sudah dianggap Yasinan karena satu ayat itu tetap bagian dari surah Yasin,” tambah Saad.

Baca Juga:  Jamaah Sekarang Lebih Banyak Nyantri di Pondok Pesantren Facebookiyah, Whatsappiyah, dan Youtubeiyah

Saad Ibrahim berseloroh, tidak bisa dibilang kalau warga Muhammadiyah-Aisyiyah itu tidak Yasinan.

Hanya cara Yasinannya, kata Saad, berbeda dari pengetahuan kebanyakan masyarakat Islam di Indonesia.

Merujuk surat Yasin ayat 82, Saad menjelaskan ayat ini dapat dipetik dua pengajaran.

Pertama, yakni untuk memperkokoh dimensi teologis muslim. Sebab dengan kehendak yang begitu variatif, Allah SWT merealisasikannya hanya dengan bilang kun faya kun.

“Yaitu untuk menimbulkan di hati kita ini perasaan bahwa begitu hebatnya Allah SWT, kalau menghendaki sesuatu cukup mengatakan kun lalu fayakun. Tentu antara kun dan fayakun itu tidak penting kapan terjadinya, bisa seketika, bisa lama, tidak penting. Tapi tetap kemudian terwujud,” kata Saad.

Baca Juga:  Begini Penjelasan Muhammadiyah Terkait Hukum Seorang Muslim Memelihara Anjing

Pengajaran yang kedua yakni supaya sebagai hamba, manusia bisa mengikuti akhlak Allah.

Oleh karena itu, jika ingin merealisasikan kehendak, manusia diminta supaya memiliki kemauan yang baik dan besar.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Yusuf Qardhawi, Saad menyampaikan bahwa manusia dianggap bukan apa-apa kecuali memiliki kemauan.

Termasuk tinggi atau rendahnya seseorang ditentukan oleh besar atau kecilnya kemauannya.

Pengajaran demikian dapat dipraktekkan dalam mengurus Muhammadiyah.

Yakni diawali dengan keinginan yang baik dan juga besar, supaya Muhammadiyah bisa berbuat dan mengaktualisasikan kehendaknya.

Baca Juga:  PPNA Luncurkan Buku "Sejarah Nasyiatul Aisyiyah" pada Muktamar di Bandung

Kemauan yang baik dan besar yang dimiliki oleh Muhammadiyah ini mengantarkannya menjadi organisasi Islam terbesar di dunia.

Dengan kebesarannya Muhammadiyah memberikan kepeloporan, salah satunya mendirikan universitas pertama dari Indonesia di luar negeri.***

PMB Uhamka
buku