BANDUNGMU.COM – Warga Muhammadiyah patut berbangga karena oraganisasi ini sudah berkontribusi banyak dalam dunia pendidikan Indonesia, jauh sebelum bangsa ini merdeka.
Ya organisasi Muhammadiyah dari awal berdiri sampai hari ini, sudah memiliki kurang lebih 167 perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) di seluruh Indonesia.
Dalam perjalanannya yang berliku, organisasi yang didirikan Kiai Ahmad Dahlan ini terus merintis dan mendirikan perguruan tinggi di seluruh Indonesia tanpa henti. Ini merupakan hal yang sangat luar biasa.
Esensi bahasan tersebut mengemuka saat Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan sambutan pada saat pelantikan rektor baru UMBandung, Rabu 16 Juni 2021.
Haedar mengatakan, Muhammadiyah sekarang sudah banyak mendirikan perguruan tinggi dengan dukungan dari beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) yang sebelumnya sudah hadir di Indonesia.
Banyak PTM yang didukung atas bantuan dari PTM lain. Misalnya UMKT yang mendapat dukungan dari UMS, UMM yang mendapat dukungan dari UMJ, dan beberapa tahun yang UMBandung yang mendapatkan dukungan penuh dari UHAMKA.
”Inilah inti dari makna persyarikatan yang tahun 1927 itu dinyatakan kenapa Muhammadiyah menamakan organisasinya dengan nama persyarikatan. Yakni agar semua orang berhimpun untuk selalu bersepakat dan bermufakat dalam semangat bermusyawarah serta bekerja sama,” ucap Haedar.
Haedar mengatakan, sebagai bagian dari PTM, orang yang di dalamnya harus memiliki kebanggaan karena mereka merupakan bagian dari keluarga besar Muhammadiyah
”Kemajuan yang kita peroleh itu harus kita bangun dan menjadi titik ketika kita memang sampai pada optimum bangga, jadi bangga secara fisik, bangga secara kualitas akdemik, itu nanti akan terlihat bahwa kampus itu maju,” lanjutnya.
Kebanggaan ini, menurut Haedar, bukan malah dianggap biasa saja. Sikap seperti itu menunjukkan tidak menghargai hasil dari perjuangan yang telah diraih.
Perjalanan PTM di seluruh Indonesia memiliki proses sejarah panjang, dari pergulatan satu aktor ke aktor lainnya, layaknya membangun sesuatu yang besar dari pondasi hingga ke tahap penyelesaian.
“Jadi jangan pernah sekalipun meremehkan dari apa-apa yang kita capai. Karena selain itu wujud dari kufur nikmat, juga kita tidak punya pride dengan apa yang kita miliki. Organisasi itu besar karena kita punya nilai kebanggaan. Bila perlu ada fanatisme yang juga membuka ruang kita untuk inklusif. Kalau organisasi tanpa ideologi, tanpa kebanggaan, ya dia hanya perkumpulan, dia hanya kerumunan. Organisasi harus punya pride seperti itu. Nah kita bangun ke situ,” pungkasnya.