BANDUNGMU.COM – Membuka agenda Tanwir II Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, Sabtu (04/09/2021), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan tidak khawatir dengan pandangan penulis asal Amerika Serikat Roy Scranton dalam “Learning to Die in the Anthropocene” bahwa peradaban manusia berada di ambang kematian.
Haedar bahkan menganggap Muhammadiyah memiliki peluang besar untuk mewarnai peradaban di masa depan. Optimisme Haedar terutama setelah melihat perangkat pemikiran Muhammadiyah teruji dengan baik dalam masa sulit pandemi.
Menghadapi pandemi, pandangan Muhammadiyah pada berbagai dokumen resminya menurut Haedar tidak berhenti pada tataran teknis instrumental semata. Namun, justru mencakup tataran filosofis dan praksis yang disertai dengan nalar interkoneksi antara dalil, ilmu pengetahuan, dan hikmah.
“Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada pokok pikiran pertama menyatakan hidup manusia harus berdasar tauhid (meng-esa-kan Allah): bertuhan, beribadah, serta tunduk dan taat hanya kepada Allah. Pada pokok pikiran kedua disebutkan, hidup manusia itu bermasyarakat,” tutur Haedar, dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.
“Sedangkan pikiran keempat menyatakan berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah wajib sebagai ibadat kepada Allah SWT dan berbuat ihsan kepada sesama manusia. Demikian halnya teologi Al-Ma’un yang selama ini menjadi praksis kemanusiaan inklusif yang melintas-batas,” imbuhnya.
Guna menyiapkan peran di masa depan itu, Haedar menyebut ideologi Muhammadiyah di atas terbuka untuk dilakukan reinterpretasi dan reaktualisasi ke dalam orientasi baru kemanusiaan yang membebaskan, memberdayakan, memajukan, dan mencerahkan kehidupan.
Salah satu contoh yang menjanjikan menurutnya adalah panduan dan pandangan keberagamaan yang dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dalam menghadapi pandemi Covid-19.
“Panduan beragama yang dituntunkan Majelis Tarjih dalam menghadapi pandemi Covid-19 selama ini menggambarkan pandangan multiaspek dan multiperspektif itu. Agenda aktualisasinya agar segenap anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah mengimplementasikan pemikiran yang kaya itu menjadi mozaik kearifan hidup milik bersama,” kata Haedar Nashir.
“Inilah humanisme Islam berwawasan profetik-antroposentris, yakni orientasi kemanusiaan berbasis nilai-nilai Ilahi yang teraktualisasi secara fungsional dalam memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan di muka bumi,” pungkasnya.