PMB Uhamka
Islampedia

Ketika Rasulullah Menangis

×

Ketika Rasulullah Menangis

Sebarkan artikel ini
ketika Rasulullah menangis. (Ilustrasi: media.istockphoto).

BANDUNGMU.COM, Bandung – Rasulullah adalah nabi, rasul, dan orang yang paling dekat dengan Allah. Namun begitu, Rasulullah juga merupakan manusia biasa yang bisa bersedih dan menangis.

Mengutip buku “115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah”, suatu hari Rasulullah SAW dan beberapa sahabat berjalan untuk melihat putra beliau, Ibrahim, yang sedang sakit bersama ibu susunya.

Saat melihat putranya, Rasulullah langsung memeluk dan menciumnya. Beberapa saat kemudian para sahabat memasuki kamar Ibrahim.

Namun, mereka tak sempat bertemu dengannya karena Ibrahim yang mulia telah meninggal dunia. Kejadian ini meninggalkan duka kepedihan yang sangat dalam di hati Rasulullah SAW. Kedua mata beliau terus meneteskan air mata.

Abdurrahman bin Auf bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau menangis?” Rasulullah SAW menjawab, “Sesungguhnya tangisan adalah rahmah …. kedua mata ini menangis ketika hati berduka. Dan tidaklah kami mengatakan apa-apa kecuali apa-apa yang diridhai Tuhan kami. Wahai Ibrahim, kami sungguh berduka dengan kepergianmu.”

Baca Juga:  Jalan Pencerahan Tobat

Rasulullah SAW juga pernah menangis usai Perang Uhud. Setelah peperangan berakhir dan pasukan Quraisy pulang ke Makkah, Rasulullah SAW menyuruh para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur di medan perang.

Ada banyak kaum muslim yang gugur dalam peperangan hebat itu, salah seorang di antara mereka adalah Hamzah, paman Rasulullah SAW. Mereka kumpulkan jasad kaum muslim untuk dikuburkan.

Setelah beberapa saat, mereka menemukan jasad Hamzah di dasar lembah dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Mereka bergegas memberi tahu Rasulullah SAW.

Baca Juga:  Haruskah Kita Mengikuti Pemahaman Salafus Shalih? Seperti Ini Penjelasan Muhammadiyah

Beliau menangis sedih ketika melihat kondisi jasad pamannya yang sangat mengenaskan—perutnya berlubang ditembus lembing milik Wahsyi dan dadanya terkoyak lebar disobek pisau miliki Hindun yang kemudian merenggut jantungnya, mengunyahnya, dan memuntahkannya lagi.

Ibnu Mas’ud menuturkan suasana saat itu. “Kami belum pernah melihat Rasulullah SAW menangis sesedih itu. Beliau meletakan jasad Hamzah ke arah kiblat. Lalu, beliau berdiri di sampingnya dan menangis tersedu-sedu.”

“Seandainya Shafiyyah, saudari Hamzah, tidak akan bersedih atau kalau saja aku tidak khawatir tindakanku akan menjadi sunnah, pasti suda kutinggalkan jenazahnya hingga dimakan binatang buas atau dimakan burung,” ujar Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW berkata seperti itu karena tidak tahan melihat kondisi jenazah pamannya.

Baca Juga:  Dakwah yang Membangun Peradaban, Dakwah Seperti Apa?

Ibnu Mas’ud juga menuturkan hadis lain tentang tangisan Rasulullah SAW. Suatu ketika beliau duduk bersama Abdullah bin Mas’ud, lalu beliau berkata, “Bacakanlah Al-Quran untukku!”

“Bagaimana aku membacakannya kepada Tuan, sedangkan Al-Quran diturunkan kepada Tuan?” tanya Ibnu Mas’ud. “Aku senang mendengarnya dari orang lain,” jelas Rasulullah SAW.

Abdullah ibnu Mas’ud pun membacakan Surah Al-Bisa’ dari awal surah hingga ayat 41:

“Maka bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), apabila Kami datangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tip umat dan Kami mendatangkan (Muhammad) sebagai saksi atas merekat itu sebagai umatmu)?

Saat mendenganr ayat itu dibacakan, Rasulullah SAW berujar, “Cukup!” Ibnu Mas’ud mengehentikan bacannya dan melihat kedua mata beliau meteskan air mata.***

PMB Uhamka