Oleh: Ustadz Moch. Fadlani Salam, S.Pd.I., M.Pd.
BANDUNGMU.COM – Saum secara bahasa diartikan sebagai al-Imsak (menahan). Adapun secara istilah diartikan sebagai suatu bentuk penghindaran diri dari segala hal yang membatalkannya sejak fajar hingga magrib. Esensi yang termuat di dalamnya adalah saum secara fisik dan psikis.
Secara fisik artinya meninggalkan makan dan minum, sedangkan secara psikis artinya menghindari segala sesuatu yang dapat membuat batin kita berdosa, baik lewat pancaindera maupun lewat anggota tubuh lainnya. Dan tentunya termasuk menjaga hati untuk tidak tergerak berbuat dosa.
Oleh karena itu, dengan melaksanakan saum sesuai dengan pengertian di atas, sejatinya kita telah melakukan pendidikan karakter pada diri kita sendiri. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, serta perbuatan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Pembentukan Karaker Unggul
Pendidikan karakter yang terkandung dalam ibadah saum adalah terbentuknya kemampuan kognitif, afektif, dan konatif dalam diri seseorang. Saum yang dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan dapat membentuk kemampuan-kemampuan tersebut.
Kemampuan kognitif akan terwujud dalam wawasan dan cara berpikir yang cerdas sesuai dengan aturan dan norma dalam Islam sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
”Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS. 7:171).
Kemudian, untuk kemampuan afektif, wujudnya lebih kepada kemampuan dalam menghayati segala ajaran sehingga mampu mengelola emosi dan empati yang tinggi kepada lingkungan. Sementara untuk kemampuan konatif akan terwujud dalam perilaku yang berpijak pada amal saleh yang menyenangkan dan menguntungkan orang lain di sekitarnya.
Kedua hal tersebut tercermin dalam ayat berikut:
”(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.” (QS. 3:134).
Oleh karena itu, jelaslah bahwa seluruh kemampuan tersebut adalah bagian dari karakter unggul orang yang bertakwa sebagaimana telah dijelaskan di atas. Hal ini merupakan tujuan yang hendak dicapai yang diharapkan oleh Allah bagi orang yang sungguh-sungguh melaksanakan ibadah saumnya.
Pada Ramadan ini, yakni seluruh umat muslim diwajibkan menjalankan ibadah saum selama sebulan penuh, seyogyanya kita bisa mendapat karakter unggul tersebut, baik kemampuan kognitifnya, afektifnya, maupun konatifnya. Dan sudah barang tentu bahwa karakter positif tersebut sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan keseharian kita.
Manusia yang memiliki karakter unggul tersebut, merekalah yang akan mendapat hikmah dari ibadah saumnya, yaitu hikmah dalam kesalehan moral, kesalehan spiritual, dan juga kesalehan sosial. Hikmah tersebut bersifat multidimensional yang dibentuk dari kemampuan kognitif, afektif, dan konatif seperti yang digambarkan dalam Al-Quran.***
Diolah dari Beritainspira.com