PMB Uhamka
Opini

Isra Mikraj, Keteladanan Nabi Muhammad yang Inspiratif

×

Isra Mikraj, Keteladanan Nabi Muhammad yang Inspiratif

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi (Unsplash)

Oleh: Ace Somantri — Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung dan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bandung

BANDUNGMU.COM — Peristiwa yang istimewa diberikan kepada manusia pilihan. Kriteria manusia pilihan indikatornya ada dalam hak prerogatif Allah SWT. Termasuk peristiwa Isra dan Mikraj yang merupakan keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah ialah manusia pilihan yang memiliki kelebihan dan keunggulan dibandingkan dengan manusia lainnya. Seorang penyair Arab berujar bahwa Muhammad itu manusia biasa, tetapi tidak seperti manusia biasanya.

Diibaratkan kalau Nabi adalah batu berlian, sedangkan kita umatnya hanya batu kerikil biasa. Analogi itu untuk membedakan nilainya. Rasulullah adalah berlian, sedangkan kita batu kerikil.

Keunggulan Rasulullah sejak lahir sudah ada tanda-tanda yang membuat susana saat itu menunjukkan sikap semua makhluk menerima kehadirannya dengan bahagia. Ketika Muhammad diangkat nabi dan rasul, itu jadi bukti keunggulan Muhammad sebagai manusia pilihan Allah.

Refleksi isra dan mikraj secara tekstual bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi dijelaskan dalam Al-Quran Surah Al-Isra ayat 1: “Mahasuci Allah yang telah memperjalankan Rasulullah di malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa…”

Peristiwa itu bukan kejadian biasa yang mudah diterima oleh semua kalangan. Peristiwa itu merupakan fenomena yang sangat luar biasa. Pasalnya secara pendekatan akal yang dangkal, hal itu tidak mungkin terjadi karena berlangsung dalam waktu super singkat.

Baca Juga:  Saat Pemimpin Dahulukan Kepentingan IKN dan Melupakan Aspirasi Rakyat

Keistimewaan dan luar biasanya peristiwa tersebut bukan sekadar perjalanannya, melainkan dalam proses itu Rasulullah menerima perintah dan titah salat lima waktu sehari semalam selama 24 jam. Perintah itu menjadi syariat utama dalam beragama Islam.

Bahkan saking utama dan pentingnya, selama manusia dalam kondisi hidup, salat wajib dilaksanakan sekalipun kondisi fisik tidak mampu. Seandainya fisik bisa berdiri, salat sambil berdiri. Ketika tidak bisa berdiri, bisa sambil duduk. Ketika tidak bisa sambil duduk, maka bisa sambil telentang dengan gerakan terbatas. Ketika gerakan terbatas sambil telentang, bisa dilakukan dengan isyarat dalam hati.

Benar adanya keteladanan Muhammad sebagai nabi dan rasul menunjukkan reputasi sangat tinggi. Perbuatan dan sikapnya selama hidup dari sejak kecil membuat manusia terkagum-kagum. Ide dan gagasannya senantiasa cerdik dan cemerlang.

Kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai khalifah fil ardh (pemimpin di bumi) selalu menunjukkan kapasitasnya dengan baik. Bukan hanya menyadari sebagai manusia, melainkan menyadari sebagai suami dari istrinya, menjadi ayah dari anak-anaknya, dan menyadari kewajiban memiliki tanggung jawab kepada umatnya secara penuh.

Karkater lain yang dimiliki Rasulullah bahwa dia memiliki kepandaian komunikasi dan negosiasi yang luar biasa sehingga siapa pun yang diajak bicara membuat orang terpesona dan kagum. Bahkan mampu meyakinkan orang lain untuk bisa berkolaborasi. Dari sikap itulah dapat memunculkan orang memiliki keyakinan percaya untuk memberikan amanah kepada Rasulullah.

Baca Juga:  Fastabiqul Khairat Panduan Bersaing Dengan Agama Lain

Refleksi yang menghasilkan

Refleksi bagai generasi umat masa kini dituntut untuk memiliki kemampuan dan skill dengan dasar kecerdasan intelektual dan spiritual yang kreatif, inovatif, serta produktif. Dalam kondisi apa pun tidak boleh pesimis dan putus asa dalam menjalankan sebuah visi dan misi.

Bahkan kita harus tangguh dan kuat tidak mengenal lelah. Spirit dan motivasi untuk menjadi seorang diri pemberani mengambil risiko fiisabilillah.

Perjalanan menghadapi berbagai halang rintang harus dianggap bagian dari hikmah untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas yang lebih pantas. Proses dan hasil sangat mungkin sesuai, tetapi kadang-kadang juga tidak sesuai. Semua itu harus disikapi bahwa dalam diri manusia ada keterbatasan dan kelemahan.

Jangan sesekali menyalahan Allah karena kalau kita rasakan dan hayati dengan sepenuh hati, justru Allah Maha Rahman dan Maha Rahim telah memberi semuanya. Hanya kita tinggal berusaha keras untuk merangkai, memformulasikan, dan menyusun fuzel alam semesta agar memiliki nilai guna lebih bermanfaat yang dapat dirasakan langsung.

Sangat keterlaluan ketika manusia hanya diam tidak berbuat apa-apa. Jika mata, telinga, hidung, mulut, dan kulit pembungkus jasad tidak difungsikan secara maksimal, bisa saja itu akan melahirkan kedunguan dan kemiskinan.

Baca Juga:  Sehat Lahir Batin Dengan Menyebarkan Salam, Salat Tahajud, dan Silaturahmi

Sebenarnya ketika alat indra difungsikan dengan baik dan benar, tidak ada alasan untuk tidak menemukan cara menafkahi. Indrawi sebagai alat mencari dan menggali sesuatu yang berarti di alam semesta yang sudah tersedia jutaan bahkan miliaran bahan baku untuk dikelola dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah keilmuan.

Harus dipahami dengan saksama bahwa semua itu tidak akan habis hingga kiamat sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Surah Al-Kautsar: “Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang banyak…” Artinya, tidak ada alasan untuk diam tidak berbuat nyata.

Peristiwa isra mikraj harus bisa menjadi bahan refleksi yang sangat berarti untuk kita sebagai umatnya betapa keagungan cinta Allah kepada nabi-Nya (Muhammad) begitu luar biasa. Cinta suci Allah kepada hamba kecintaan-Nya mampu menaklukkan berbagai dimensi alam yang sulit dipahami akal. Hanya iman yang bisa menerimanya.

Isra mikraj merupakan keteladanan Nabi Muhammad yang sangat inspiratif bagi manusia di alam dunia. Di dalam peristiwa yang sangat singkat menurut ukuran manusia tersebut, banyak hikmah yang sangat luar pentingnya, satu di antaranya perintah mengerjakan salat dari Allah.

Rindu kami padamu ya rasul.***

PMB Uhamka