UMBandung
Edukasi

Kaprodi PAI UM Bandung Berbagi Konsep Inovasi Pendidikan Dalam Majelis Wal Ashri

×

Kaprodi PAI UM Bandung Berbagi Konsep Inovasi Pendidikan Dalam Majelis Wal Ashri

Sebarkan artikel ini

BANDUNGMU.COM, Bandung — Melalui wadah yang diberi nama Majelis Wal Ashri, Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung kembali menggelar diskusi di Ruang Rapat FAI pada Rabu (01/11/2023).

Kali ini, topik yang disajikan ialah “Inovasi Pendidikan Islami”. Topik tersebut diangkat dari disertasi buah karya Kaprodi Pendidikan Agama Islam (PAI) UM Bandung Dr Iim Ibrohim MAg.

Supala MAg yang memegang kendali pada kesuksesan program Majelis Wal Ashri mengatakan bahwa diskusi ini merupakan yang kedua setelah pada pertemuan sebelumnya menghadirkan pembicara Kaprodi Hukum Keluarga Islam Dr Yudi Daryadi MAg.

Iim mengawali pemaparannya dengan menegaskan akan pentingnya berinovasi. Kata Iim, tanpa adanya inovasi, jangan berharap suatu lembaga yang dikelola dapat mampu mengimbangi perkembangan zaman.

Iim mencontohkan beberapa sekolah Muhammadiyah di Indonesia khususnya di Kota dan Kabupaten Bandung. Terdapat sekolah Muhammadiyah yang mempesona, tetapi ada pula yang justru sangat merana.

Baca Juga:  Penguatan Makalah, Ikhtiar Fakultas Ushuluddin UIN Bandung Siapkan Daya Saing

Lebih lanjut, Iim menegaskan bahwa para pelaku pendidikan, seperti guru, kepala sekolah, dosen, kaprodi, dan berbagai pejabat pendidikan lainnya yang tidak mau lagi berinovasi, sebaiknya berhenti saja memegang jabatan tersebut.

“Kasihan generasi umat manusia harus dipaksa menggunakan metode lama. Everett Rogers yang dianggap sebagai Mbahnya inovasi mengatakan bahwa an innovation is an idea, practice, or object that is perceived as other unit of adoption…” tutur Iim.

Sebenarnya, jika merujuk tinjauan teologis, kata Iim, di sana telah clear bahwa inovasi itu suatu keharusan. Ada banyak ayat Al-Quran dan hadis yang memerintahkannya.

Namun, pada pelaksanaanya, petunjuk ilahiah tersebut malah dilakukan oleh non muslim. Sampai-sampai tokoh yang dianggap sebagai pelopornya itu, kata Iim Ibrohim, ialah mereka, padahal petunjuk berada pada kaum muslimin itu sendiri.

“Selain tinjauan normatif, di sana tampak juga tinjauan historis. Dengan berinovasi maka umat manusia khususnya para pelaku pendidikan dapat memiliki harapan, menjawab tantangan, menyelesaikan permasalahan, memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Yang terpenting ialah adanya niat dan kesungguhan dalam melakukan,” tegas alumnus UIN SGD Bandung ini.

Baca Juga:  Menyambut Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah, Pesantren AmanahMu Tasikmalaya Menyelenggarakan AGC

Jika sesuatu yang hendak diinovasi itu hal yang sederhana, bisa dilakukan dengan metode amati, tiru, dan modifikasi (ATM) atau substitute, combine, adopt, modify, put to other use, eliminate, dan reverse (SCAMPER).

“Namun, jika yang akan diinovasi itu ialah hal yang besar, terdapat beberapa panduan yang perlu dipertimbangkan, seperti biaya, SDM, fasilitas, strategi, analisis faktor, dan sebagainya,” tandas Iim.

Tidak bisa dihindari

Sementara itu, Dekan FAI Prof Dr H Afif Muhammad MA yang pada kesempatan tersebut bertindak sebagai pemantik menguatkan bahwa inovasi adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari.

Afif lantas mengutip Al-Quran Surah Ar-Ra’d ayat 11. Kata “ma” pada ayat tersebut, kata Afif, artinya mindset atau kerangka berpikir. “Untuk menghadirkan semangat inovasi, harus terlebih dahulu mengubah mindset,” imbuh Afif.

Baca Juga:  Prodi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Bandung Sukses Gelar Akreditasi

Iim melanjutkan diskusi dengan menguatkan bahwa tidak perlu khawatir dan merasa terlambat. Merek mobil Mitsubishi memang terlambat mengeluarkan Expander setelah Avanza dan Xenia mendeklarasikan sebagai mobil sejuta umat.

“Namun, dengan semangat juang, berusaha menghadirkan fitur-fitur canggih dan desain menawan, kita dapat menyaksikan, kini Expander sejajar dengan Avanza dan Xenia,” ucap Iim.

“Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan, prodi-prodi di UM Bandung yang usianya masih sangat muda dapat segera mengejar ketertinggalan dari kampus Muhammadiyah lainnya yang lebih dahulu, seperti UMY, Uhamka, UMM, dan kampus lainnya,” pungkas Iim.

Iim menutup diskusi dengan mengutip pendapat Prof Imam Robandi yang mengatakan bahwa orang yang sering mengeluh, menyalahkan keadaan, dan menyalahkan kompetitor, ialah stadium awal kehancuran. Tidak pantas bagi para pejuang bermental demikian.***(FA)

PMB UM Bandung