PMB Uhamka
Opini

Kematian, Doa dan Mengampuni Kesalahannya

×

Kematian, Doa dan Mengampuni Kesalahannya

Sebarkan artikel ini

Mamat Muhammad Bajri, M.Ag.
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muhajirin Purwakarta

BANDUNGMU.COM –Ketika ada seseorang yang meninggal dunia alangkah baiknya ucapkan belasungkawa, dan mendoakan supaya diampuni segala kesalahaannya serta dimasukkan ke dalam surga. Setiap orang memiliki kebaikan dan keburukan. Manusia tidak diformat atau didesain seperti malaikat yang tidak pernah berdosa dan bersalah.

Tidak perlu mencaci maki, menghina, bergembira atas kematian seseorang hanya karena berbeda pandangan keagamaan dan Politik. Bisa jadi orang yang dihina, dicaci maki, lebih baik dihadapan Allah serta Allah ampuni segala dosanya.

Setiap orang memiliki rahasia masing-masing dengan Allah. Apakah yang menghina, mencaci maki dan merasa paling baik, merasa paling beriman, paling sunnah dari yang dihinanya sudah ada jaminan masuk surga. Jawabannya belum tentu, semuanya masih misteri dan tidak ada satu pun yang mengetahui seperti apa proses akhir kehidupan seseorang.

Baca Juga:  Bolehkah Menambah Bacaan di Doa Sujud Terakhir? Ini Penjelasan Muhammadiyah

Dalam lembaran sejarah dulu ada seorang yang ahli ibadah yang didalam kehidupannya banyak mengerjakan amal-amalan surga, tetapi dalam akhir hidupnya melakukan dosa, sehingga meninggal dunia dalam keadaan suul khatimah.

Ada juga yang selama hidupnya mengerjakan amalan-amalan neraka, tetapi di akhir kehidupannya melakukan kebaikan sehingga meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah. Lantas siapa yang berani menggaransi keimanan seseorang dalam akhir kehidupannyan akan seperti apa. Tidak usah magrur.

Tidak usah sombong bahwa diri kita merasa paling beriman, paling suci, paling sunnah dan yang lain sesat bahkan perlu dibasmi orang yang memiliki pandangan keagamaan yang berbeda dengan kita.

Baca Juga:  Kenapa Umat Islam Tertinggal dalam Ilmu Pengetahuan Sains, Teknologi, dan Bidang Ilmu lainnya?

Bagaimana mungkin surga berada diatas mayat saudara-saudara kita yang disesatkan, dikafirkan, dibid’ahkan hanya karena berbeda pandangan dan pemahaman dengan kita. Bagaimana mungkin kita bisa mengukur kedalaman keimanan seseorang, sedangkan keimanan sendiri saja sulit.

Dalam Kitab Al-Hikam, Ibnu Athailiah mengungkapkan bahwa Allah lebih senang kepada orang yang berbuat kesalahannya lalu memperbaiki kesalahannya ketimbang orang yang ahli ibadah tapi dalam dirinya ada kesombongan.

Kesombongan akan merusak seluruh amal kebaikan seseorang, sedangkan kesalahan yang dilakukan seseorang dan memperbaikinya serta berbuat kebaikan akan menutupi kekurangan dan kesalahan yang pernah dilakukannya. Surga masih sangat jauh, tetapi sudah berani menentukkan posisi saudaranya berada di mana kelak.

Baca Juga:  Inilah 8 Tips Ibadah Haji di Tanah Suci Agar Lebih Khusyuk

Siapa saja orang yang menyesatkan saudaranya, berarti orang itu mengetahui bahwa saudaranya kelak akan berada di neraka, sedangkan orang yang menyesatkan belum mengetahui posisinya kelak akan berada dimana? Bisa jadi orang yang disesatkan akan Allah tempatkan di surga karena Rahmatnya, dan bisa jadi orang yang selalu menyesatkan saudaranya, Allah tempatkan di neraka karena kesombongannya.

Kalau diri ini sudah merasa paling beriman, berdoalah supaya tetap istiqomah berada dalam kebaikan tanpa harus menyesatkan saudaranya. Alllahumma Shali Ala Sayyidina Muhammad

 

PMB Uhamka