UMBandung
Islampedia

Kisah Mangkuk, Madu, dan Sehelai Rambut

×

Kisah Mangkuk, Madu, dan Sehelai Rambut

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi (media.istockphoto).***

BANDUNGMU.COM, Bandung – Tidak semua kisah atau kehidupan Rasulullah dan para sahabat itu diiringi kegiatan serius keagamaan di dalam masjid.

Ada kalanya Rasulullah mengajarkan dan menyampaikan pesan-pesan agama dengan cara yang unik, penuh senyum, dialog, atau perumpamaan.

Dinukil dari buku “115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW”, berikut obrolan perumapanan antara Rasulullah dan para sahabatnya mengenai mangkuk, madu, dan sehelai rambut.

Suatu ketika Rasulullah mengajak Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar ibnu Al-Khattab, dan Ustman ibnu Affan bertamu ke rumah putrinya, yakni Fatimah. Pada saat yang sama, Ali ibnu Abi Thalib juga ada di sana.

Setelah semua duduk, Fatimah menghidangkan madu pada sebuah mangkuk yang cantik. Namun, ketika madu akan dihidangkan, sehelai rambut jatuh ke dalamnya.

Baca Juga:  Kaum Muslim Akan Maju Jika Menghargai dan Memanfaatkan Waktu

Rasulullah meminta semua sahabatnya untuk membuat satu kalimat perbandingan untuk ketiga benda itu (mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut). Nabi penutup itu meminta Abu Bakar yang memulai bicara, kemudian disusul para sahabat yang lain.

Abu Bakar berkata, “Iman itu lebih cantik daripada mangkuk cantik ini. Orang yang beriman itu lebih manis dibandingkan dengan madu dan mempertahankan iman itu lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”

Giliran Umar yang berkata, “Kerajaan itu lebih cantik daripada mangkuk cantik ini. Seorang raja itu lebih manis dari madu dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dibandingkan dengan meniti sehelai rambut.”

Utsman tak mau kalah. Dia berujar, “Ilmu itu lebih cantik daripada mangkuk cantik ini. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu dan berama dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”

Baca Juga:  Rambu-rambu Islam Terhadap Karya Seni Menurut Ustadz Adi Hidayat

Kemudian Ali berkata, “Tamu itu lebih cantik daripada mangkuk cantik ini. Menjamu tamu itu lebih manis dari madu dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya jauh lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”

Rasulullah lalu berpaling kepada putrinya, Fatimah, memintanya membuat perbandingan.

Dengan tenang Fatimah berkata, “Seorang wanita itu lebih cantik daripada mangkuk cantik ini. Wanita yang berjilbab itu lebih manis dari madu dan mendapatkan wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali mahramnya lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”

Baca Juga:  Memahami Hadis dengan “Illat”, Termasuk Hadis Terkait Pakaian Cingkrang

Akhirnya, Rasulullah juga berkata, “Orang yang mendapat taufik untuk beramal adalah lebih cantik daripada mangkun cantik ini. Beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu dan beramal dengan ikhlah jauh lebih sulit daripada meniti sehalai rambut.”

Malaikat Jibril berkata, “Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik daripada mangkun cantik ini. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, serta mempertahankan agama hingga akhir hayat lebih sulit daripada meniti sehelari rambut.”

Dan Allah pun berfirman, “Surgaku-Ku lebih cantik daripada mangkuk yang cantik itu. Nikmat surga-Ku lebih dari madu dan menuju surga-Ku jauh lebih sulit daripada meniti sehelai rambut.”***

PMB UM Bandung