BANDUNGMU.COM, Jakarta – MAARIF House (MH) kembali digelar pada 22 November 2024 dengan tema “Muhammadiyah Studies dalam Lintas Disiplin”. Acara yang diadakan di Gedung Dakwah Muhammadiyah ini menghadirkan dua cendekiawan Muhammadiyah, Fajar Riza Ul Haq dan Ahmad Fuad Fanani, yang berbagi wawasan mengenai Muhammadiyah melalui dua perspektif akademik yang berbeda.
Fajar Riza Ul Haq membahas “Dinamika Followership dan Political Partisanship Muhammadiyah dalam Merespon Kebijakan Covid-19” yang mencakup respons Muhammadiyah terhadap kebijakan di beberapa daerah seperti DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera Barat.
Sementara itu, Ahmad Fuad Fanani menyampaikan topik “Progressivism in a Conservative Milieu: The Rise of Progressives within Muhammadiyah, 1995-2020”, yang mengulas kemunculan pemikiran progresif dalam Muhammadiyah.
Kedua cendekiawan ini menjelaskan perspektif mereka yang diambil dari disertasi doktoral masing-masing. Mereka memberikan pemahaman lebih dalam mengenai dinamika internal Muhammadiyah dan tantangan dalam penerapan kebijakan di level akar rumput. Selain itu, mereka juga mengupas tentang kondisi, peta aktivisme, serta masa depan aktivis Muhammadiyah di berbagai sektor kehidupan.
Direktur Eksekutif MAARIF Institute Andar Nubowo dalam sambutannya menekankan pentingnya acara ini sebagai bentuk tasyakuran atas kontribusi MAARIF Institute dalam melahirkan kader-kader unggul yang kini terlibat aktif dalam pemerintahan.
Andar juga menjelaskan bahwa MAARIF House bertujuan untuk mengembalikan tradisi Muhammadiyah Studies yang sempat populer pada era 60-70-an, namun kali ini dengan konteks yang lebih luas dan relevan.
Rikard Bagun, Anggota Dewan Pengawas Yayasan Ahmad Syafii Maarif, menyampaikan pentingnya kajian Muhammadiyah Studies di era post-truth, di mana banyak informasi yang menyesatkan. Bagun percaya bahwa Muhammadiyah Studies bisa menjadi alat untuk mencari kebenaran sejati yang berlandaskan pada nilai-nilai yang dibentuk Muhammadiyah.
Dalam sesi diskusi, Fajar Riza Ul Haq mengungkapkan bagaimana Muhammadiyah Studies dapat menjembatani perbedaan pemahaman dalam organisasi ini, terutama dalam hal respons terhadap kebijakan fatwa Muhammadiyah selama pandemi COVID-19.
Ahmad Fuad Fanani menambahkan, bahwa kajian Muhammadiyah Studies membuka ruang untuk kritik konstruktif terhadap Muhammadiyah, terutama terkait dengan perbedaan antara kalangan progresif dan konservatif.
Fuad juga menyoroti bahwa Muhammadiyah Studies memiliki potensi besar untuk terus berkembang, baik dalam aspek historis, sosial, maupun interaksi lintas organisasi agama di Indonesia. “MAARIF Institute dapat menjadi wadah yang mempertemukan generasi muda untuk berkontribusi dalam pembangunan umat,” ujar Fuad.
Selain itu, Yahya Fathur Rozy, Presidium Nasional Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), memberikan apresiasi atas terselenggaranya MAARIF House #6.
Yahya menyebutkan bahwa MAARIF Institute dan JIMM memiliki visi yang sama dalam melahirkan kader intelektual Muhammadiyah yang berkualitas, seperti Fajar Riza Ul Haq dan Ahmad Fuad Fanani, yang telah sukses dalam dunia akademik dan aktivisme.
MAARIF House edisi ke-6 ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Dewan Pengawas Yayasan Ahmad Syafii Maarif, Rikard Bagun, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq, serta Dirjen Haji Kementerian Agama RI Hilman Latief. Kegiatan ini juga dihadiri oleh 100 partisipan yang berasal dari berbagai sektor.
Acara ini diselenggarakan oleh MAARIF Institute for Culture and Humanity, bekerja sama dengan Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) dan Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategi (LKKS) PP Muhammadiyah.***