PMB Uhamka
Islampedia

Mendidik Kehendak di Bulan Suci Ramadhan

×

Mendidik Kehendak di Bulan Suci Ramadhan

Sebarkan artikel ini
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Saad Ibrahim (muhammadiyah.or.id)

BANDUNGMU.COM, Bandung — Hikmah dari puasa Ramadhan menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Saad Ibrahim adalah untuk meningkatkan dimensi rohani daripada dimensi jasmani.

Selain itu, mengutip Yusuf Al-Qardhawi, Saad menambahkan bahwa puasa juga sebagai madrasah atau pendidikan jiwa sekaligus pendidikan bagi kehendak atau keinginan.

Bagi anak-anak yang belum diwajibkan untuk berpuasa, Ramadhan juga bisa dijadikan kesempatan untuk melatih kepekaan dan menjalankan perintah Allah SWT. Namun, puasa bagi anak-anak tidak bisa dengan paksaan, harus dilakukan secara bertahap.

Baca Juga:  Silaturahmi ke Kantor PWM Yogyakarta, Anies Baswedan Bertukar Gagasan dan Bahas Sejahterakan Masyarakat

Saad mencontohkan, puasa bagi anak-anak bisa dilakukan secara bertahap. Misalnya pada hari pertama puasa dilakukan sampai pukul 9 pagi, lalu pada hari kedua sampai azan asar, hingga akhirnya anak-anak bisa mengendalikan kehendaknya dan bisa menjalankan puasa satu hari penuh.

“Maka inilah bagian dari tarbiyatul iradah atau tarbiyatul lil iradah yang berhubungan dengan puasa itu,” tutur Saad seperti bandungmu.com kutip dari laman muhammadiyah.or.id.

Dari hal-hal kecil ini, menurut Saad, bisa menjadi bahan untuk membangun spiritualitas yang konstruktif. Pendidikan untuk mengendalikan kehendak, katanya, penting juga diterapkan dalam bermuhammadiyah.

Baca Juga:  Wahai Suami-Istri, Ingin Hidup Bahagia? Inilah Nasihat Rasulullah

“Iradah itu menjadi penting dan ini menjadi bagian dari spiritualitas kita, dan itu antara lain dan terutama berhubungan dengan puasa itu,” ungkap Saad.

Kehendak, keinginan, atau iradah ini menurut Saad menjadikan gerakan Muhammadiyah bisa memiliki ribuan amal usaha (AUM) di berbagai bidang. Kehendak atau keinginan menjadikan Muhammadiyah memiliki eksistensi.

Bahkan, masih menurut Al-Qardhawi, posisi atau kedudukan manusia juga ditentukan oleh kehendak. “Begitu juga ketika kita tidak, eksistensi habis atau hilang. Begitu kita punya al-iradah muncul eksistensi kita,” tandasnya.***

PMB Uhamka