Oleh: Ace Somantri*
BANDUNGMU.COM — Pagi hari pertama di tahun 2025, cuaca di tempat tinggal kami sekeluarga terlihat cerah dan menyegarkan. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang diberikan, tanpa alasan untuk mengingkari segala yang telah diterima dan dirasakan.
Di tengah dinamika sosial dan ekonomi yang penuh tantangan, rakyat Indonesia menaruh harapan besar pada kepemimpinan Prabowo Subianto. Saat ini, kondisi ekonomi yang sangat dinamis menekan kehidupan warga negara di berbagai penjuru, termasuk di Indonesia.
Berbagai informasi menunjukkan bahwa kelas menengah di Indonesia tengah mengalami turbulensi ekonomi yang memprihatinkan. Khususnya, pasca-pandemi Covid-19, negara menghadapi “tsunami ekonomi” yang menyebabkan sebagian masyarakat kelas menengah terperosok ke dalam kategori masyarakat miskin.
Fenomena ini memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi masyarakat yang sebelumnya hidup dengan stabil, namun kini menghadapi kesulitan beradaptasi. Banyak di antara mereka terjebak dalam kondisi yang sulit, baik dari segi ekonomi maupun perubahan lingkungan sosial, yang membuat mereka merasa kesulitan untuk kembali bangkit.
Berbeda dengan masyarakat miskin yang sudah terbiasa menghadapi berbagai kesulitan, baik saat pandemi maupun tidak, kondisi tersebut cenderung tidak terlalu berdampak bagi mereka. Meskipun demikian, pemerintah masih memberikan sedikit perhatian melalui berbagai bantuan langsung.
Sementara itu, bagi masyarakat kelas menengah yang menghadapi turbulensi ekonomi, mereka terpaksa menghabiskan dana cadangan yang telah disiapkan. Ketahanan mereka hanya bergantung pada sisa cadangan tersebut. Jika cadangan habis dan mereka berhasil bangkit, mereka akan selamat. Namun, jika terus menerus mengalami kerugian dan tidak mampu beradaptasi atau bertransformasi, dampaknya bisa berujung pada kebangkrutan dan kemiskinan.
Banyak di antara warga kelas menengah yang mulai terpaksa menjual aset yang dimiliki, bahkan dengan harga yang sangat rendah, karena tekanan kebutuhan hidup dan tagihan utang yang menumpuk. Tak jarang, mereka terpaksa melelang rumah demi bertahan hidup.
Fenomena tersebut telah terjadi, terutama setelah pandemi Covid-19, yang semakin memperlihatkan dampaknya. Berbagai cara dan strategi digunakan untuk menghindari kebangkrutan, termasuk merekayasa model manajemen keuangan bisnis.
Kita dapat dengan jelas melihat banyaknya ruko yang sepi dan tertutup rapat, tanpa ada aktivitas usaha. Sebagian besar kegiatan bisnis masyarakat bertransformasi menjadi toko online. Bahkan, banyak jenis usaha jasa kini dapat diakses melalui berbagai aplikasi digital, sementara daya beli masyarakat terus menurun.
Fenomena ini salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan negara sebelumnya yang kurang tepat serta ketidaksiapan negara menghadapi gelombang krisis ekonomi yang berkelanjutan. Selama ini, banyak masalah diselesaikan dengan cara berutang, yang menyebabkan jumlah utang negara semakin meningkat.
Selain itu, utang tersebut juga berbunga tinggi, sementara nilai tukar rupiah tidak pernah mampu setara dengan mata uang dunia. Hal ini menjadikan mustahil bagi jumlah utang untuk berkurang meskipun dibayar secara bertahap.
Perilaku negara yang terus-menerus meminjam, ternyata turut mempengaruhi budaya masyarakat yang semakin terbiasa berutang. Hampir dipastikan, banyak orang meminjam uang dari lembaga keuangan, baik itu bank maupun lembaga non-bank. Bahkan, di beberapa desa, praktik rentenir atau “bank emok” semakin marak. Inilah yang menunjukkan bagaimana sistem ekonomi keuangan Indonesia terperangkap dalam sistem liberal kapitalis yang keras dan tidak adil.
Tak heran jika banyak masyarakat menengah yang kini terjebak dalam turbulensi ekonomi, akibat terjerat utang piutang. Walaupun ada keringanan, bunga utang tetap terus berjalan. Lalu, apa yang harus mereka lakukan selain menjual aset dengan harga murah atau meminjam lagi dengan pola “gali lubang tutup lubang”?
Pada akhirnya, banyak keluarga yang berantakan, dengan konflik internal yang tak kunjung selesai akibat tekanan ekonomi. Hal ini semakin diperburuk dengan kecenderungan beberapa individu yang terjerat judi online sehingga menyebabkan peningkatan angka perceraian di pengadilan agama. Tidak sedikit pula yang memilih jalan pintas dengan bunuh diri, menunjukkan betapa beratnya beban yang mereka tanggung.
Dengan berbagai rencana dan kebijakan dari pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo Subianto, muncul harapan bahwa keberpihakan terhadap kondisi rakyat mulai terlihat. Salah satu titik fokus utama adalah swasembada pangan, yang diharapkan menjadi langkah penting menuju kesejahteraan rakyat.
Semoga rencana ini diberikan kelancaran dan kesuksesan. Para menteri yang mendampingi Presiden Prabowo berusaha keras mewujudkan visi besar beliau, yakni menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dan rakyatnya sejahtera, menuju “Indonesia Emas.”
Rakyat dan bangsa Indonesia berdoa bersama dan berikhtiar untuk mengawal setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan ini. Berbagai kebijakan strategis mulai dijalankan satu per satu, seperti pemberantasan judi online yang selama ini mendapat perlindungan dari beberapa birokrat, intervensi terhadap pengelolaan lahan oleh pihak swasta, serta peningkatan pajak 12% bagi barang mewah.
Selain itu, ada juga kebijakan pemberian makan bergizi gratis bagi pelajar sekolah, rencana untuk membebaskan usaha kecil dari beban hutang perbankan, membeli hasil pertanian dari petani, dan menaikkan upah buruh.
Prabowo juga tegas mengancam para koruptor dengan hukuman berat tanpa rasa takut. Hal ini semakin memperjelas bahwa Prabowo adalah sosok yang terbebas dari perilaku koruptif, bahkan harta kekayaannya banyak disalurkan untuk negara dan masyarakat. Sosoknya yang jauh dari perilaku korupsi memberikan harapan baru dalam menanggulangi masalah tersebut.
Para pengamat politik dan ekonomi pun menilai bahwa kebijakan yang direncanakan oleh Prabowo ini bersifat ideologis. Pasalnya, kebijakan yang diterapkan dalam konteks ekonomi dan politik benar-benar menunjukkan keberpihakan yang kuat terhadap rakyat, bangsa, dan negara.
Selama kurang lebih dua bulan, keterlibatan pemerintah melalui berbagai perangkatnya dalam menjalankan kebijakan mulai menunjukkan hasil yang positif. Kerja sama antar kementerian dan lembaga negara semakin kompak, terlihat jelas dalam upaya kolaborasi yang terjalin erat, khususnya dengan melibatkan lembaga antikorupsi seperti KPK di berbagai sektor.
Sebagai contoh, Menteri Agama menunjukkan ketegasan dengan menolak segala bentuk bingkisan dari pihak manapun yang tidak jelas, dan langsung menyerahkannya kepada KPK untuk mencegah terjadinya gratifikasi atau praktik suap yang melibatkan pejabat negara.
Memasuki tahun 2025, dengan semangat baru yang dimulai dengan niat tulus dan doa, pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan harapan rakyat, membawa negara ke arah yang lebih sejahtera dan menuju kebahagiaan yang diinginkan.
Pejabat dan birokrat diharapkan bekerja bersama-sama untuk merealisasikan cita-cita bangsa, menyatukan kembali harapan yang sempat terputus, dan merancang peta jalan untuk kemajuan yang lebih baik. Hal ini diharapkan dapat memberi harapan bagi rakyat untuk memiliki masa depan yang lebih panjang dan penuh makna.
Kepemimpinan ideologis Prabowo, dengan semangat kepatriotan dan keperwiraannya, datang tepat pada waktunya untuk menunjukkan komitmennya. Cita-cita Presiden Prabowo yang sempat viral di media sosial sebelum beliau wafat, mengungkapkan keinginannya untuk melihat rakyat Indonesia sejahtera.
Meskipun hal tersebut mungkin terasa mustahil bagi sebagian orang, namun bagi Sang Pencipta alam semesta, tidak ada yang mustahil. Seperti yang termaktub dalam firman-Nya “kun fayakun”, apabila kepemimpinan ideologis benar-benar dilaksanakan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyah untuk kepentingan umat manusia, khususnya rakyat Indonesia yang telah memberikan amanah mereka. Maka, sangat mungkin bagi Allah SWT untuk memberikan kesejahteraan kepada bangsa ini pada waktu yang tepat.
Walaupun Indonesia telah diberkahi dengan alam yang subur, kenyataannya masyarakat dan negara belum mampu mengelola potensi tersebut secara optimal untuk menciptakan kesejahteraan yang berkeadilan dan berkeadaban.
Semoga, dalam rentang satu periode kepemimpinan yang akan datang, dapat terwujud kesejahteraan masyarakat Indonesia secara bertahap, hingga pada akhirnya cita-cita Indonesia Emas dapat tercapai. Amin.
*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar