PMB Uhamka
Opini

Mengembangkan Dakwah Virtual

×

Mengembangkan Dakwah Virtual

Sebarkan artikel ini
mengembangkan-dakwah-virtual-

Oleh: Prof Dr H Dadang Kahmad MSi, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah

BANDUNGMU.COM — Betul rasanya kalau ahli komunikasi mengatakan bahwa seiring dengan perubahan teknologi ke arah virtual mengakibatkan berubahnya cara berkomunikasi di media sosial.

Dengan teknologi media, masyarakat menjadi kehilangan ruh inti berkomunikasi sebagai silaturahmi tatap muka sehingga berlaku adagium bagi tersebarnya gadget di masyarakat modern: “Menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh.”

Tak heran kalau banyak terjadi sang kakak dengan sang adik ketika duduk bersamaan di sofa tak saling sapa. Seorang anak dengan ibu dan ayahnya jarang berkomunikasi secara fisik.

Mereka asyik ngobrol dan berkirim pesan dengan orang yang jauh. Bahkan, berkirim sesuatu yang menggambarkan realitas via foto dan video rekaman.

Parahnya, komunikasi virtual tersebut dilakukan dengan individu yang secara genetik, kultural sosiologis, agama, dan geografis berjauhan. Bahkan, ada kemungkinan belum berinteraksi langsung. Inilah realitas fenomenologis masyarakat digital.

Baca Juga:  Adab Wisata dalam Islam

Dengan perubahan ruang dan waktu yang super cepat, menjadikan cara berkomunikasi cepat berubah. Hampir setiap hari terjadi perubahan dahsyat dari sisi aplikasi, fitur, dan fungsi di dunia telekomunikasi.

Para inventor berlomba-lomba menafsirkannya ke dalam bentuk software atau aplikasi berbasis Android, Windows, dan Mac OS yang dikhususkan untuk masyarakat melakukan komunikasi.

Tidak heran apabila realitas membuktikan bahwa warga digital lebih mementingkan melihat HP dibandingkan dengan membaca kitab suci.

Dalam sebuah penelitian terbaru oleh komunitas “We Are Social” dan “Hootsuite” terungkap bahwa masyarakat Indonesia sangat gemar mengunjungi media sosial.

Kecanduan perangkat teknologi

Tercatat setidaknya sekira 130 juta lebih masyarakat Indonesia aktif di berbagai media sosial. Pada Januari 2020, total masyarakat Indonesia yang berjumlah 272 juta, memiliki penetrasi yang luar biasa dalam hal penggunaan internet, yakni mencapai 175,4 juta pengguna.

Baca Juga:  PDM Kabupaten Pekalongan Gelar Ideopolitor

Dari jumlah pengguna internet tersebut, sekitar 160 juta aktif menggunakan media sosial. Ini berarti sekira 59 persen penduduk Indonesia sebagai penikmat media sosial.

Fakta dan angkat tersebut tentunya membuat miris karena telah menjadi fakta sosial bahwa generasi muda telah begitu kecanduan dengan perangkat teknologi yang bisa dilihat dari perkembangan pengguna media sosial.

Ekspresi dan aktivitas kaum muda lebih intens di Facebook, Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya. Saking aktifnya mereka terhadap produk teknologi media ini, ada adagium yang berkembang di kalangan anak muda: “Hidupku tak bisa berjauhan dengan gadget.”

Forum mayantara

Sebagai seorang muslim yang hidup pada zaman ini, di mana sebagian umat manusia mengakrabi teknologi informasi dan komunikasi, kita patut merasa prihatin dengan keadaan model sekarang ini.

Baca Juga:  Hasil Survei: Informasi atau Sosialisasi?

Kedekatan semu, silaturahmi, dan saling menasihati yang kaku seolah-olah tiada lagi dalam ikatan emosional. Setiap hari jumlah pengguna media sosial semakin bertambah. Facebook saja jumlah penggunanya menembus angkat ratusan juta di Indonesia.

Oleh karena itu, dalam rangka menyesuaikan gerak dakwah sehingga menyentuh lapisan warga muslim milenial, perlu sekali dakwah dengan cara mengembangkan komunitas sosial virtual dalam berbagai media sosial.

Kemudian secara mandiri membuat forum mayantara yang hanya dapat digunakan oleh kalangan sendiri. Para dai Muhammadiyah bergerak tidak hanya pada komunitas organik, tetapi mereka harus terbiasa berdakwah pada komunitas virtual.***

___________________________________________

Sumber: Majalah “SM” edisi 15

Editor: Feri A

PMB Uhamka