UMBandung
Islampedia

Menggapai Haji Mabrur Dengan Ketakwaan dan Ihsan

×

Menggapai Haji Mabrur Dengan Ketakwaan dan Ihsan

Sebarkan artikel ini
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir (muhammadiyah.or.id).***

BANDUNGMU.COM — Pada 9 Zulhijah 2024 atau 15 Juni 2024, jemaah haji dari seluruh dunia termasuk jemaah haji Indonesia melaksanakan prosesi wukuf di Arafah. Wukuf di Arafah dimulai setelah tergelincirnya matahari (waktu Zuhur) pada hari Arafah.

Sebagai puncak ibadah haji, sesuai hadis Nabi bahwa haji itu Arafah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan bahwa dalam prosesi wukuf di Arafah, segenap jiwa dan raga menundukkan diri secara total di hadapan Allah SWT yang Maha Segalanya. Dengan tangisan yang lahir dari hati dan jiwa yang terdalam, serta kepasrahan penuh, semua jemaah menundukkan diri untuk menjadi hamba Allah yang mabrur, sebagaimana tujuan ideal dari ibadah haji.

Setelah wukuf, prosesi ibadah haji dilanjutkan dengan bermalam di Muzdalifah, melaksanakan ritual di Mina, dan kembali ke Mekkah untuk menuntaskan rangkaian ibadah dengan tawaf wada. “Dalam suasana penuh pengabdian dan kepasrahan ini, setiap jemaah haji diharapkan menjadikan prosesi ibadah haji ini sebagai haji yang mabrur. Setiap jemaah haji tentunya ingin mencapai haji yang mabrur,” tutur Haedar seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah pada Minggu (16/06/2024).

Baca Juga:  Umat Muslim Perlu Perbanyak Doa di Bulan Ramadhan

Haji mabrur merupakan capaian tertinggi dalam ibadah haji, bahkan Nabi bersabda bahwa tidak ada balasan yang lebih pantas dari haji yang mabrur selain surga. Haedar menekankan bahwa kemabruran itu tidak akan tercapai tanpa penghayatan yang mendalam.

“Seluruh proses ibadah haji, baik rukun wajib maupun sunnahnya, jangan berhenti di ranah syariat atau formalitas semata. Jadikan ibadah haji sebagai energi ruhani dan pelaksanaan ibadah yang masuk ke jantung hakikat untuk membangun kesalehan diri yang optimal. Kemabruran akan diukur dengan kualitas diri sebagai insan mukmin, dengan hablum minallah yang kokoh dan kuat, serta hablum minannas yang semakin baik dan berkualitas,” tutup Haedar.

Baca Juga:  Bersih Lahir dan Batin Adalah Produk dari Salat

Nilai kemabruran itu dipesankan oleh Allah dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 177, “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

“Haji mabrur harus membentuk pribadi yang mabrur, dan kemabruran identik dengan ketakwaan serta ihsan, menjadi orang yang muhsin dan mencapai seluruh nilai puncak keutamaan sebagai insan muslim,” ujar Haedar.

Baca Juga:  Berapa Kali Rasulullah Umrah dan Haji Selama Hidupnya? Begini Penjelasannya Menurut Sejarah

Haedar juga menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh jamaah haji, terutama jamaah haji Indonesia. Ia berpesan agar menjadikan ibadah haji sebagai tonggak penting dalam hidup untuk meningkatkan diri menjadi ihsan yang muhsin, muttaqin, dan insan yang sholeh, selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, berbuat segala macam kebajikan, serta berbuat ihsan terhadap sesama dan lingkungan.

“Dan kemabruran itu harus dijaga terus menerus sepanjang hayat. Tidak perlu berhaji berkali-kali jika kemabruran itu datang dan pergi,” jelas Haedar. Terakhir, Haedar berpesan agar para jamaah haji merawat nilai-nilai kemabruran dalam kehidupan sehari-hari, sehingga di hadapan Allah SWT nanti kita dapat menjadi insan-insan yang diberi jalan terbaik, mudah mendapatkan ridho dan karunia-Nya, serta dimasukkan ke surga Jannatun Naim.***

PMB Uhamka