Opini

Muhasabah Akhir Tahun, Jangan Berlalu Tanpa Arti dan Kreasi

×

Muhasabah Akhir Tahun, Jangan Berlalu Tanpa Arti dan Kreasi

Sebarkan artikel ini

Ace Somantri – Ketua LP3K UMBandung

BANDUNGMU.COM – Desember akhir bulan kalender Masehi, evaluasi berbagai institusi menjadi tradisi. Ada hal yang penting diketahui bagi semua orang bahwa evaluasi bukan hanya institusi, melainkan yang paling penting instrospeksi dan evaluasi diri.

Sejatinya evaluasi diri akan berdampak pada institusi yang diamanahi. Disadari atau tidak, akhir tahun Masehi selain momentum evaluasi, ada tradisi lain yang sering membuat semua orang berbagai profesi mengunjungi tempat-tempat rekreasi.

Namun, ketika pandemi mendera berbagai negeri, semua orang berusaha menahan diri menjaga dan berhati-hati untuk menghindari. Umat Islam sebagai mayoritas penduduk negeri ibu pertiwi yang loh jinawi tidak menyadari bahwa tradisi yang terus-menerus membentuk setiap individu dari generasi ke generasi saling mewarisi yang tidak berarti.

Baca Juga:  Membangun dan Membesarkan Gerakan Ekonomi Syariah

Kadangkala ketika melihat di penghujung hari terakhir Desember menjelang pergantian tahun berikutnya, fakta sosial yang terjadi sangat mengiris hati. Bagaimana generasi pemuda dan pemudi berpesta pora, foya-foya, meniup terompet, dan juga membakar petasan yang memancar bunga api meluncur ke atas membuat bebagai variasi penuh kreasi.

Ada yang lebih menyayat hati, konon kabarnya di saat pergantian malam tahun baru, sering terjadi peristiwa banyak yang hilang keperawanan para gadis tanpa ikatan sah pernikahan.

Sayang sekali, Lagi-lagi umat islam hanya mengikuti dan menikmati sesaat. Padahal momentum akhir tahun Masehi dengan tradisi yang telah saling mewarisi bukan ajaran yang dititahkan Islam, melainkan tradisi Yahudi.

Baca Juga:  Rentenir Pinjol: Catatan Kelam Manajemen Pendidikan di Indonesia

Sementara As Sunnah Nabi memberikan batasan bahwa siapa saja (umat Islam) menyerupai (mengikuti) tanpa argumen  syara  suatu kaum lain, maka yang mengikuti adalah bagian dari kaum mereka yang diikuti”.

Akibatnya, ketika lepas kontrol nilai-nilai keagamaan mulai terkikis semakin tipis, sangat memungkinkan tradisi yang tidak mendidik akan menjadi budaya yang mendapat legitimasi, dihormati, dan dihargai tanpa disadari.

Ada yang sangat perlu kita ingat, evaluasi diri saat akhir tahun Masehi untuk membenahi cara berpikir untuk hal yang lebih produktif. Saat kebanyakan orang berlibur dan rekreasi, kita merancang visi dan misi untuk mengubah tradisi yang tidak berati sekaligus membuat langkah-langkah strategis.

Baca Juga:  Lebaran, Puncak Kebahagiaan Umat Islam

Momentum akhir tahun, lalu lintas transaksi menjadi fakta serta data yang harus disiasati untuk diolah menjadi inspirasi dalam mengakselerasi ekonomi diri dan institusi.

Hal itu mesti dilakukan sebagai bentuk perlawanan pada nafsu yang membuat tidak sadar diri. Jiwa serta pikiran orang-orang yang memiliki karakter kreatif dan inovatif, selalu melihat segala sesuatu yang terjadi adalah inspirasi yang memotivasi.

Tradisi yang selama ini melemahkan pemuda-pemudi dari generasi ke generasi harus segera dihabisi. Jangan menunggu the end of History.***

Bandung, Desember 2021