PMB Uhamka
Islampedia

Otokritik Abdul Mu’ti pada Warga yang Tak Baca Media Digital Muhammadiyah

×

Otokritik Abdul Mu’ti pada Warga yang Tak Baca Media Digital Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini
Prof Abdul Mu’ti (tangkapan layar Sayyidah Nuriyah/PWMU.CO)

BANDUNGMU.COM — Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd menjawab berbagai pertanyaan peserta di sesi diskusi Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Ahad (03/04/20222) siang.

Pertanyaan pun datang dari Kusno, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jember, yang ikut hadir di lantai 12 at-Tauhid Tower Universitas Muhammadiyah Surabaya. Dia bertanya, “Bagaimana menghadapi tantangan dakwah di era digital?”

buku

Sebab, dia masih kesulitan menemukan sumber informasi tanya-jawab keagamaan sesuai Fatwa Tarjih PP Muhammadiyah yang mudah diakses. Padahal, penting jika ini menjadi fokus dakwah di era global dan digital.

Tidak Ada yang Baca 

Menurut Prof Mu’ti, masalah yang sebenarnya bukan Muhammadiyah tidak punya media dakwah digital yang mudah diakses. “(Media) Muhammadiyah itu ada, tapi tidak ada yang membaca!” ungkapnya.

Dia kembali menekankan, “Sayangnya, mohon maaf, orang Muhammadiyah itu ndak baca.”

Baca Juga:  Pandangan Muhammadiyah Tentang Budaya dan Wayang

Dia mengimbau, “Mbokya dibiasakan kalau pagi habis tadarus itu ngecek muhammadiyah.or.id atau PWMU.CO, gitu dong! Jangan hanya yang dikirimi orang-orang nggak jelas. Itu namanya militansi Kemuhammadiyahan!” imbuhnya.

Dia lantas menguji kemauan membaca para peserta yang hadir di sana siang itu. “Coba saya tanya, hari ini di PWMU.CO ada berita apa?” Keheningan pun berlangsung dalam beberapa detik.

Ora ngerti toh? Ora moco (tidak tahu kan, tidak membaca),” tandas Prof Mu’ti.

Aktivis Sebarkan Berita 

Padahal, kalau di ormas lainnya, aktivisnya tidak hanya membaca, tetapi juga me-retweet bahkan menyirkulasi.

“Untuk berita yang sama, kalau dia punya sepuluh grup WhatsApp, dia sebar ke sepuluh grup WhatsApp itu. Sehingga tersebar kepada paling tidak dua ribu orang kalau anggotanya dua ratus,” tuturnya.

Hal ini berkebalikan dengan fakta yang terjadi di lapangan. “Yang disebar itu kalau ada unsur politik, terus ngenyek Muhammadiyah,” ungkapnya.

Baca Juga:  Islam Sebagai Agama Perdamaian

Di sini, Prof Mu’ti menyampaikan otokritik. “Kita juga belum bangga dengan apa yang kita miliki. Muhammadiyah viewer-nya sedikit, subscriber-nya sedikit. Lha kita nggak melihat dan nggak subscribe. Ya nggak meningkat-meningkat,” tegasnya.

Harus Kreatif 

Di era serba digital ini, kata Prof Mu’ti, warga Muhammadiyah harus kreatif. Termasuk, bisa juga berdakwah dengan memotong-motong video penceramah menjadi video pendek untuk disebarluaskan.

Prof Mu’ti terinspirasi dari pengalamannya ketika bertemu seorang dokter yang berlatar Aisyiyah dan aktif di media sosial. Dia juga mengelola Gerakan Subuh Mengaji PWA Jawa Barat.

Dokter itu lantas memohon izin, “Pak Mu’ti saya minta izin, ceramah Pak Mu’ti saya edit, saya potong-potong, saya ambil dua menitan untuk saya sebar ke jaringan yang saya punya.”

Kalau kreativitas seperti itu dikembangkan, dia yakin medsos Muhammadiyah mampu menambah pengikut. Dia lantas bertanya, berapa di antara mereka yang menjadi pengikut media sosial Ketua PWM Jatim Prof Dr Saad Ibrahim MA.

Baca Juga:  Sunah Nabi Yang Muhammadiyah Amalkan Bukan Jubah dan Cara Makan

Ternyata, tidak ada karena Prof Saad tidak punya medsos. Akhirnya Prof Mu’ti mengimbau, “Harus dibuatkan. Banyak pernyataan Pak Saad yang bernas lho. Itu sering saya kutip di PP. Selain Saad bin Abi Waqqas, juga Saad Ibrahim saya kutip juga. He-he-he,” ujarnya yang ternyata bercanda.

Dia lantas serius menuturkan, harus ada yang membuatkan Prof Saad media sosial. “Supaya pikiran-pikrian Pak Saad itu tersosialisasi,” terangnya.

Kemudian, dia memberi contoh beberapa murid yang telah menulis ucapan gurunya karena gurunya tidak sempat menulis. Misal, murid-murid Yusuf Qardawi yang mengedit dan mentranskrip ceramahnya.

“Supaya pemikiran tokoh-tokoh kita tersebar, memang harus ada yang mengerjakan itu!” imbaunya.***

PMB Uhamka
buku