Dalam acara yang diikuti hampir seribu peserta tersebut, Salmah menekankan bahwa dakwah Aisyiyah dilakukan dengan kebijaksanaan (bil hikmah), musyawarah, dan strategi yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Ia juga mendorong evaluasi berkelanjutan untuk memastikan gerak dakwah terus relevan dan berdampak. “Keadilan bukan hanya soal hukum, tetapi mencakup semua aspek kehidupan. Mari terus bergerak untuk mewujudkan keadilan seluas-luasnya,” ujar Salmah.
Acara ini menghadirkan sepuluh narasumber dari berbagai daerah yang berbagi pengalaman tentang dakwah di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, ekonomi, hingga advokasi kebijakan. Salah satu kisah inspiratif datang dari Aisyiyah Banggai, Sulawesi Tengah, yang melakukan dakwah al-Ma’un di tengah masyarakat suku pedalaman Loinang. Pendekatan personal dari rumah ke rumah menjadi kunci keberhasilan mereka dalam membangun kepercayaan.
Sri Moxsa Djalamang, atau akrab disapa Kele Inang, menceritakan bagaimana Aisyiyah Banggai memulai dakwahnya dengan membangun hubungan emosional, membawakan sembako, dan memahami pola hidup masyarakat setempat. “Dengan pendekatan ini, kami masuk ke hati mereka, lalu melanjutkan edukasi kesehatan, pangan, hingga menyediakan air bersih,” ungkapnya. Berkat upaya ini, Aisyiyah Banggai meraih penghargaan SDG’s Award 2024 dari pemerintah Indonesia.
Kontribusi lainnya ditunjukkan oleh Aisyiyah Lahat, Sumatra Selatan, yang memberdayakan perempuan marginal di 13 desa dan memberikan pelatihan kerja bagi pemuda dengan disabilitas. Sementara itu, di Muna Barat, Sulawesi Tenggara, Aisyiyah mendorong penyusunan Rencana Aksi Daerah Pencegahan Perkawinan Anak dan memfasilitasi sidang pengadilan di luar gedung untuk pasangan yang belum mencatatkan pernikahannya secara resmi.
Di Kalimantan Barat, Gerakan Hijau Lintas Sektor yang dipimpin Rahmah Susanti menjadi bukti bahwa perempuan mampu menjadi penggerak perubahan. “Perempuan lebih cenderung mendaur ulang, meminimalkan limbah, dan menghemat sumber daya di rumah tangga. Ini bukti peran penting mereka dalam menjaga lingkungan,” jelas Rahmah.
Praktik-praktik baik ini menunjukkan bahwa dakwah Aisyiyah bukan hanya tentang menyampaikan nilai-nilai Islam, tetapi juga aksi nyata yang berdampak langsung pada masyarakat. Dengan peran perempuan sebagai agen perubahan, Aisyiyah telah membuktikan komitmennya mendukung pembangunan Indonesia yang berkeadilan.***(Suri)