UMBandung
Sosok

Raden Dewi Sartika: Pahlawan Pendidikan Kaum Wanita

×

Raden Dewi Sartika: Pahlawan Pendidikan Kaum Wanita

Sebarkan artikel ini
Raden Dewi Sartika (Wikipedia)

BANDUNGMU.COM — Raden Dewi Sartika lahir pada 04 Desember 1884. Ia adalah seorang advokat dan tokoh perintis pendidikan bagi kaum wanita. Ia juga merupakan salah satu tokoh perempuan Indonesia yang sangat terkenal.

Mengutip Wikipedia, Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga terhormat Sunda yaitu R Rangga Somanegara dan RA Rajapermas di Cicalengka.

Sejak kecil ia sering bermain peran sebagai seorang guru setelah pulang sekolah bersama teman-temannya.

Setelah sang ayah meninggal, ia tinggal bersama pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda dari pamannya, walaupun sebelumnya ia telah memiliki pengetahuan tentang budaya Barat. Pada 1899, ia pindah ke Bandung.

Baca Juga:  Komitmen UNISA Bandung Lindungi Mahasiswa Hingga Tendik Dari Kekerasan Seksual

Pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika mendirikan Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung.

Hal ini berhasil berkat dukungan dari kakeknya, Raden Adipati Aria Martanagara, yang pada saat itu menjabat sebagai Bupati Bandung, dan juga bantuan dari Den Hamer, Inspektur Kantor Pengajaran.

Sekolah tersebut kemudian pindah ke Jalan Ciguriang dan berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada 1910.

Di sekolah ini, Dewi Sartika mengajarkan para wanita membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama, dan berbagai keterampilan.

Baca Juga:  Waspada! Ini 6 Tempat dengan Risiko Tinggi Penularan Virus Corona Menurut WHO

Pada 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, dan kemudian berkembang menjadi satu sekolah di setiap kota maupun kabupaten pada 1920.

Pada September 1929 sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.

Sekolah Raden Dewi berkembang dengan pesat. Namun, masa pendudukan Jepang membuat sekolah ini mengalami krisis keuangan dan kekurangan peralatan.

Setelah Indonesia merdeka, kesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Ketika terjadi agresi militer Belanda selama perang kemerdekaan, ia terpaksa mengungsi ke Tasikmalaya.

Baca Juga:  Sekretaris Umum PP Muhammadiyah: Oto Iskandar Di Nata Adalah Kader dan Pimpinan Muhammadiyah

Dewi Sartika meninggal dunia pada 11 September 1947 di Cineam dan dimakamkan di sana.

Setelah situasi aman, makamnya dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung.

Sebagai penghargaan atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan, Dewi Sartika dianugerahi gelar Orde van Oranje-Nassau pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri. Pada 01 Desember 1966 ia diakui sebagai Pahlawan Nasional.

Dalam kehidupan pribadinya, pada 1906 Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruhan Agah Suriawinata, yang juga merupakan seorang guru dari Sekolah Karang Pamulang.***

PMB UM Bandung