BANDUNGMU.COM – Virus Corona atau ”severe acute respiratory syndrome coronavirus 2” (covid-19) tidak mengenal batas wilayah, gender, usia, agama, profesi, dan status sosial.
Tak ada satu pun negara yang benar-benar siap menghadapi wabah Covid-19. Virus yang begitu cepat menyebar.
Hingga akhirnya, virus ini menyebabkan pandemi dan telah berdampak multidimensional. Semua negara dibuat kalang kabut menghadapi virus yang diklaim berasa dari Kota Wuhan, Tiongkok ini, termasuk Indonesia.
Hal itu di ungkapkan Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, saat mengikuti Webinar ”Covid-19: Dari Laboraorium sampai Aspek Hukum” bersama Aliansi Profesional Indonesia Bangkit (APIB) di Rumah Dinas, Jalan Nyland, Kota Bandung, Minggu 28 Februari 2021.
”Tata kelola penanganan covid-19 dilakukan dengan trial and error dan berbeda-beda setiap negara,” ungkap Yana.
Untuk itu, menurut Yana, ada beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi dalam menangani pandemi covid-19.
Pertama, kebijakan yang terpusat. Covid-19 adalah bencana nasional sehingga negara harus tampil sebagai motor.
”Kebijakan dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga ke tingkat yang lebih bawah harus satu warna. Dengan catatan, di sana masih ada peluang untuk berinisiatif bergantung pada kondisi setiap daerah,” terangnya.
Kedua, kepemimpinan yang kuat. Dalam situasi yang serba tidak pasti dan tidak menentu ini, sosok seorang pemimpin sangatlah vital.
”Pemimpin harus menjadi teladan bagi masyarakat,” tuturnya.
Ketiga, kolaborasi. Menurutnya, pandemi covid-19 telah menimbulkan krisis multidimensi sehingga penanganannya tidak dapat dilakukan dari satu aspek saja dan perlu banyak pihak terlibat.
”Kordinasi tentu menjadi modal utama dan dalam kolaborasi akan selalu ada inovasi,” imbuhnya.
Keempat, sumber daya mulai dari manusianya, sarana, dan prasarana, hingga sumber dana.
”Terakhir, strategi komunikasi publik yang baik. Pada era pandemi ini, kita juga mengenal istilah infodemi, sebuah kondisi ketika informasi membanjiri ruang-ruang pembicaraan masyarakat tanpa kita tahu mana informasi yang benar dan salah,” terangnya.
Dengan demikian, untuk melawan misinformasi, disinformasi, dan hoaks yang berkembang di masyarakat, memerlukan strategi komunikasi yang efektif dan tepat sasaran.
”Dengan komunikasi publik yang bagus, sosialisasi dan edukasi tentu dapat dilakukan dengan lebih ringan,” tuturnya.
Diolah dari humas.bandung.go.id