PMB Uhamka
Opini

Jangan Duakan Masjid Muhammadiyah

×

Jangan Duakan Masjid Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini

Oleh: Nasihin, Ketua LPCRPM PWM Jawa Barat

BANDUNGMU.COM – Belajar dari beberapa kejadian di beberapa tempat. Pertama, suatu saat kami mengujungi Amal Usaha Muhammadiayah (AUM) yang sangat megah. Tibalah kami di ruangan yang sangat mewah yaitu kantor. Kantornya para pimpinan AUM.

buku

Kami memang ada kunjunagn silaturahmi. Berjalanlah diskusi. Pada saat diskusi sedang berjalan,  terdengarlah suara azan di masjid AUM tersebut yang tidak jauh dari dari kantor. Berhentilah rapat dan tuan rumah menyampaikan kita salat di sebelah. Di sebelah ada musala dan tempat wudu.

Kedua, kami ikut sebuah kegiatan yang kegiatannya kebetulan bersebelahan dengan masjid Muhammadiyah. Di samping masjid Muhammadiyah berderet kantor-kantor Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM). Ada AMM yang sedang rapat dan melakukan kegiatan, bahkan tidak jarang mereka juga menginap di kantor tersebut.

Namun, sayangnya ada AMM yang ketika azan dikumandangkan, mereka tetap asyik berkegiatan dan mengabaikan salat. Walaupun kami berpikiran positif bahwa mereka akan salat walaupun pada akhir waktu.

Namun, kekhawatiiran kami dan membuat prihatin apabila  merek salat bukan di masjid, melainkan di kantornya. Begitu juga waktu subuh, karena  kesiangan, shalatnya akhirnya di kantor.

Baca Juga:  Masjid Harus Menjadi Basis Massa Muhammadiyah

Dahlan Rais dalam pengantar buku “Memakmurkan Masjid Muhammadiyah” menyampaikan  masjid dan pesantren dalam batang tubuh Muhammadiyah tidak boleh dinomorduakan.

Hal ini perlu mendapat perhatian. Masjid adalah tempat pusat dan basis massa Muhammadiyah. Kalau sekolah dan rumah sakit Muhammadiyah itu sudah maju. Sayangnya kalau soal masjid Muhammadiyah agak sedikit di belakang.

Allah SWT berfirman dalam surah An-Nur ayat 36-38.

“(Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya. Di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang, orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat). (Mereka melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas.”

Dahlan Rais juga mendorong seluruh warga Muhammadiyah supaya lebih giat dan aktif untuk menyemarakkan masjid milik Muhammadiyah. Apalagi Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan kader militan sekaligus gerakan dakwah.

Baca Juga:  Serba-serbi Muktamar Hizbul Wathan di Malang

Jangan sampai kadernya enggan memakmurkan masjid. Jangan sampai masjid-masjid Muhammadiyah malah orang lain yang memakmurkannya. Mengapa? Karena kader kita tidak ada di masjid atau para pimpinan masjidnya hanya namanya saja yang ada di papan pengurus.

Mestinya, kader Muhammadiyah yang terdepan memakmurkan masjid. Jadi imamnya, jadi pengurusnya, ustad-ustad yang mengisi materi-materi kegiatannya juga kader kita, termasuk juga jamaahnya.

Karena kenyataannya jamaah masjid Muhammadiyah malah bukan warga Persyarikatan Muhammadiyah. Warga Muhammadiyahnya malah tidak mau berjamaah.

Maka harus dimunculkan gerakan cinta masjid. Elemen penting dari fungsi masjid adalah manusianya. Jika berkaca dari sejarah masjid dari masa nabi, masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat sehingga keberadaan masjid tidak bisa dipisahkan dari manusia.

Sekarang ini jika seseorang mengajak temannya untuk menjalankan salat, teman itu kemudian menjawab, “Ah, sebentar salat kan nomor dua.” Maksudnya seperti dalam rukun Islam, nomor satu adalah syahadat dan nomor dua adalah salat.

Baca Juga:  Dicontohkan Nabi SAW, Inilah Berbagai Amalan Saat Beriktikaf di Masjid

Gurauan seperti itu banyak muncul dan mulai dianggap lazim. Namun, bagaimana kalau kemudian seloroh ini menjadi lebih dari sekedar gurauan?

Fenomena dewasa ini menunjukkan banyak orang yang tidak mau diingatkan salat. Kalaupun salat, sulit sekali pada awal waktu. Ada panggilan azan tidak terasa dan merasa. Oleh karena itu, para pengurus masjid harus merendahkan diri dan siap belajar.

Apa yang harus dilakukan agar umat cinta masjid? Kepada siapa kita  belajar caranya? Mari kita senantiasa belajar dan jangan merasa tinggi ilmu agar Allah berkenan menolong.

Majunya masjid dan musala Muhammadiyah, memakmurkan dan mengelola masjid, tidak hanya dilakukan oleh para orang tua. Kaum muda pun harus tergerak dan bergerak bahkan mestinya bergerak dahulu dan menjadi terdepan.

Seperti dahulu para sahabat nabi yang mudalah yang pertama kali menerima dakwah dan berjuang untuk Islam. Maka AMM yang berisi kader muda juga harus gemar dan cinta masjid.***

___

Dikutif dari buku “Memakmurkan Masjid Muhammadiyah (Unggul dan Berkemajuan) karya Kusnadi Ikhwani dan Muhammad Syakir Masthur.

PMB Uhamka
buku